Rabu, 21 Desember 2016

Komposisi


Komposisi merupakan proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung sepenuhnya dalam sebuah kata ( Abdul Chaer : 2008 : 209 ).
            Seperti yang kita ketahui konsep-konsep dalam kehidupan kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu, proses komposisi ini dalam Bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Misalkan : pada kata bukit untuk mengacu pada konsep ‘gunung kecil’. Tetapi dalam kehidupan nyata kita juga punya bukit kecil, maka konsep bukit kecil itu kita wadahi dengan gabungan ‘anak bukit’.
a.       Komposisi dalam Peristilahan
            Ada beberapa istilah yang selama ini digunakan dalam berbagai literatur tata Bahasa Indonesia, salah satunya adalah kata majemuk. Istilah ini digunakan untuk mengacu pada konsep “gabungan dua buah kata atau lebih” yang memiliki makna baru. Contohnya adalah bentuk kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman yang.....’ merupakan sebuah kata majemuk; tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk. Begitu juga dengan tangan panjang yang memiliki arti ‘pencuri’ dan membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’, juga meja hijau yang berarti ‘pengadilan’ merupakan sebuah kata majemuk ( Alisjahbana : 1953 ).

Ahli lain berpendapat dalam komposisi, digunakan istilah kelompok kata yang dibedakan atas kelompok longgar dan kelompok erat. Kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat, sedangkan yang dimaksud dengan kelompok erat adalah kelompok yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat erat dan tidak dapat dipisahkan. Kalau dibandingkan dengan peristilahan yang digunakan Alisjahbana, maka kelompok longgar sama dengan yang bukan kata majemuk dan kelompok erat sama dengan kata majemuk ( Fokker : 1951).
b.      Aspek Semantik Komposisi
            Sudah disebutkan di muka bahwa tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata ( Abdul Chaer : 2008 : 212 ).
Ø  Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat; sehingga membentuk komposisi yang koordinatif.
Contoh : baca tulis → baca dan tulis
Ø  Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan tidak sederajat; sehngga melahirkan komposisi yang subordinatif. Dalam hal ini, unsur pertama merupakan unsur unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas.
Contoh : sate (unsur utama) + ayam (unsur penjelas) → sate ayam yang memiliki makna gramatikal ‘sate yang berbahan dasar daging ayam’
Ø  Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu.
Contoh :
·         Istilah olahraga → tolak peluru, angkat besi, terjun payung
·         Istilah linguistik → fonem vokal, morfem bebas,klausa verbal
·         Istilah politik → hak angket, hak pilih, sidang paripurna
·         Istilah pendidikan → buku ajar, tahun ajaran, model pembelajaran
·         Istilah agama (Islam) → ayat kursi, zakat fitrah, ibadah haji
Ø  Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Contoh : meja + hijau → meja hijau, memiliki makna gramatikal ‘pengadilan’
Ø  Komposisi yang menghasilkan nama, yakni mengacu pada sebuah wujud dalam dunia nyata.
Contoh : Stasiun Gambir dan Selat Sunda



c.       Pengembangan Komposisi
Sebagaimana sudah disebutkan diatas bahwa maksud utama pembentukan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanyadalam bentuk tunggal.
Pada tahap pertama tentunya komposisi baru berupa penggabungan dua buah dasar, seperti dasar kereta dan dasar api akan menjadi komposisi kereta api. Namun, kemudian akibat perkembangna teknologi dan budaya, kereta api dapat digabungkan lagi dengan dasar ekspress sehingga menjadi kereta api ekspress. Selanjutnya kereta api ekspress dapat digabung lagi dengan dasar malam menjadi komposisi kereta api ekspress malam. Dan kemudian komposisi kereta api ekspress malam ini dapat digabung lagi dengan komposisi luar biasa sehingga menjadi komposisi kereta api ekspress malam luar biasa ( Abdul Chaer : 2008 : 216 ).
A.    Komposisi nominal
1)      Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
            Makna gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi (Abdul Chaer:2008:212).
Makna gramatikal yang muncul dalam proses pembentukan nominal, antara lain:
a)      Gabungan biasa, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ‘gabungan biasa’ ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna :
-          Pasangan antonim relasional misalkan ayah ibu, guru muridm suami istri, kakak adik, pedagang pembeli, pembaca pendengar
-          Anggota dari satu medan makna misalkan : topan badai, sawah ladang, kampung halaman, piring mangkuk, tikar bakal, ayam itik
b)      Bagian, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal ‘bagian’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bagian dari unsur kedua dan unsur kedua memiliki komponen makna keseluruhan yang mencakup unsur pertama. Misalkan : awal tahun, tengah semester, akhir bulan, pangkal paha, ujung jalan
c)      Kepunyaan atau pemilik, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata milik. Makna gramatikal ‘kepunyaan atau pemilik’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda termilik dan unsur kedua memiliki komponen makna pemilik. Misalkan : sepatu adik, rumah nenek, mobil direktur, sekolah swasta, putri raja
d)     Asal bahan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terbuat dari. Makna gramatikal ‘asal bahan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bahan pembuat unsur pertama. Misalkan : cincin emas, sate ayam, kursi rotan, jaket kulit, uang logam, meja kayu, lemari besi
e)      Asal tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terbuat dari. Makna gramatikal ‘asal bahan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bahan pembuat unsur pertama. Misalkan : sate padang, jeruk bali,soto madura, dodol garut, seblak bandung
f)       Bercampur atau dicampur dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata bercampur. Makna gramatikal ‘bercampur’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pencampur pada unsur pertama. Misalkan : teh susu, roti keju, lontong sayur, sate lontong
g)      Hasil buatan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata buatan. Makna gramatikal ‘hasil buatan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pembuat unsur pertama. Misalkan : mobil Jepang, soto Bang Nawi, puisi Chairil, motor Cina
h)      Tempat melakukan sesuatu, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat. Makna gramatikal ‘tempat melakukan sesuatu’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna ruang dan unsur kedua memiliki komponen makna tindakan. Misalkan : rumah makan, ruang tunggu, kamar mandi, ruang sidang, halaman parkir
i)        Kegunaan tertentu, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ‘kegunaan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegunaan dan unsur kedua memiliki komponen makna tindakan. Misalkan : uang belanja, mobil dinas, kapal perang
j)        Bentuk, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berbentuk. Makna gramatikal ‘bentuk’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna bentuk atau wujud. Misalkan : meja bundar, rumah mungil, kotak persegi
k)      Jenis, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis. Makna gramatikal ‘jenis’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda generik dan unsur kedua memiliki komponen makna benda spesifik. Misalkan : mobil sedan, pisau lipat, ayam petelur, ikan kakap
l)        Keadaan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata keadaan. Makna gramatikal ‘keadaan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna keadaan. Misalkan : mobil rusak, daerah kumuh, anak malas, buku tipis, ban kempes
m)    Seperti atau menyerupai, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau serupa. Makna gramatikal ‘seperti’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda buatan dan unsur kedua memiliki komponen makna ciri khas benda. Misalkan : gula pasir, akar rambut, kopi bubuk, garam bata
n)      Jender atau jenis kelamin, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berkelamin. Makna gramatikal ‘gender’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna makhluk dan unsur kedua memiliki komponen makna gender. Misalkan : ayam jantan, sapi betina, atlet putri
o)      Model, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata model. Makna gramatikal ‘model’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda buatan dan unsur kedua memiliki komponen makna ciri khas dari sesuatu. Misalkan : celana jengki, topi koboi, rambut prajurit
p)      Memakai atau menggunakan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata memakai. Makna gramatikal ‘memakai’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda alat dan unsur kedua memiliki komponen makna benda yang digunakan. Misalkan : kapal layar, mesin uap, mesin diesel, topi haji
q)      Yang di...., sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang di... Makna gramatikal ‘yang di...’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna perlakuan terhadap unsur pertama. Misalkan : anak angkat, ayam goreng, roti bakar, nasi kukus, tempe bacem
r)       Ada di..., sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata di. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegiatan dan unsur kedua memiliki komponen makna ruang atau tempat. Misalkan : bajak laut, kapal udara, uang muka, penjaga gawang


s)       Yang (biasa) melakukan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang melakukan atau yang mengerjakan. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pelaku dan unsur kedua memiliki komponen tindakan atau kegiatan. Misalkan : jago balap, jago makan, juru bayar, juru parkir, juru bicara
t)       Wadah atau tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata wadah atau tempat. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna wadah dan unsur kedua memiliki komponen makna benda berwadah. Misalkan : kaleng cat, botol kecap,kotak uang, tabung gas, kaleng susu
u)      Letak atau posisi, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata di.... Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna posisi. Misalkan : pintu depan, kamar tengah, pintu samping, ruang dalam
v)      Mempunyai atau dilengkapi dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata mempunyai atau dilengkapi dengan. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda alat dan unsur kedua memiliki komponen makna pelengkap. Misalkan : kursi roda, rumah tingkat, sepeda motor
w)    Jenjang, tahap, atau, tingkat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tahap atau tingkat. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegiatan dan unsur kedua memiliki komponen makna tahap atau tingkatan. Misalkan : sekolah dasar, bagian pengantar, sekolah tinggi, penelitian lanjut
x)      Rasa atau bau, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata rasanya atau yang baunya. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda rasa atau benda bau dan unsur kedua memiliki komponen makna rasa atau bau. Misalkan : kacang asin, gulai pedas, sayur asam
2)      Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik
            Ada sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatik, baik berupa idiom penuh maupun idiom sebagian. Yang berupa idiom penuh artinya seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun secara gramatikal ( Abdul Chaer : 2008 : 222 ).
Contoh :
-          Ayah ibu → orang tua
-          Kambing hitam → orang yang dipersalahkan dalam satu perkara
-          Meja hijau → pengadilan
      Komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal, seperti pada kata daerah hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta dimana salah satu diantara unsurnya masih bermakna leksikal yaitu pada kata daerah, pakaian, koran, dan gaji
( Abdul Chaer:2008:223).
3)      Komposisi Nominal Metaforis
            Ada sejumlah komposisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis, yakni dengan mengambil salah satu komponenmakna yang dimiliki oleh unsur tersebut. Umpamanya unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu terletak pada bagian bawah. Sedangkan pada komposisi kaki meja diberi makna metaforis dari komponen makna kaki yaitu penunjang berdirinya tubuh ( Abdul Chaer : 2008 : 223 ).
4)      Komposisi Nominal Nama dan Istilah
            Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah. Sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga tidak bermakna metaforis ( Abdul Chaer : 2008 : 224 ).
Contoh :
Nama → Hotel Indonesia, Apotik Rino, Jalan Jagorawi, Tanah Abang, Kota Bekasi
Istilah → buku ajar, lepas landas, suku cadang,anak angkat, rumah tangga, pagar ayu
5)      Komposisi Nominal dengan Adverbia
Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas adverbial dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna ‘leksikal’ dari kata adverbia itu. Adverbia yang mendampingi nomina adalah adverbia yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada, dan tanpa; dan adverbia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, kurang ( Abdul Chaer : 2008 : 224 ).
Contoh : sejumlah uang, tanpa air, beberapa siswa,kurang semen,belum pulang




B.     Komposisi verbal
            Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi ;
menyanyi → mereka menyanyi sepanjang malam
datang menghadap → dia datang menghadap kepala sekolah
( Abdul Chaer : 2008 : 225 ).
Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar :
a.       Verba + verba, seperti menyanyi menari, duduk termenung, makan minum.
b.      Verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, lompat galah.
c.       Verba + adjektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, terbaring gelisah.
d.      Adverbia + verba, seperti sudah makan, belum ketemu, masih tidur.
1)    Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal
     Dalam proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal, antara lain :
a) Gabungan biasa, sehingga di anatra kedua unsurnya dapat disispkan kata dan.
Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila :
 - Kedua unsurnya memiliki komponen yang sama.
Contohnya : bujuk rayu, caci maki,gelak tawa, turut serta, tegur sapa
- Kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna.
Contohnya : belajar mengajar, makan minum, baca tulis, tanya jawab
- Kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim.
Contohnya : jual beli, jatuh bangun, maju mundur, pulang pergi, bongkar pasang
b) Gabungan mempertentangkan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Sambil, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil.
d) Lalu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata untuk.
f) Dengan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata dengan.
g) Secara, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara.
h) Alat, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menggunakan.
i) Waktu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata waktu.
j) Karena,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena.
k) Terhadap,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan.
l) Menjadi,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi.
m) Sehingga,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai.
n) Menuju,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju.
o) Arah kedatangan,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
 p) Seperti,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai
( Abdul Chaer : 2008 : 226 ).
2)    Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
                 Komposisi verbal bermakna idiomatikal adalah komposisi yang maknanya tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya makan garamdalam arti ‘pengalaman’, makan kerawat dalam arti ‘sangat miskin’, gigit jari dalam arti ‘tidak mendapatkan apa-apa’, mengukir langit dalam arti ‘mengkhayal’, pulang nama dalam arti ‘meninggal ditempat lain’, main sabun dalam arti ‘bermain curang’, dan duduk perut dalam arti ‘hamil’ ( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
3)    Komposisi Verbal dengan Adverbia
     Verba sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbia atau lebih ( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
Adverbia pendamping adalah:
a) Adverbia negasi: tidak, tak tanpa.
b) Adverbia kala: sudah, sedang, tengah lagi, akan.
c) Adverbia keselesaian: sudah , sedang , tengah, belum.
d) Adverbia aspectual: boleh wajib, harus, dapat, ingin , mau.
e) Adverbial frekuensi : sering , jarang, pernah, acapkali.
f) Adverbial kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.
C.    Komposisi ajektival
            Komposisi adjektiva adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori adjektiva atau kata sifat ( Abdul Chaer : 2008 : 232 ).
Komposisi adjektiva dapat dibentuk dari dasar:
a)   Adjektiva + adjektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
b)   Adjektiva + nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
c)   Adjektiva + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
d)   Adverbia + adjektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat menyenangkan.
1)    Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal
a) Gabungan biasa, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan.
b) Alternatif atau pilihan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Seperti , sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti.
d) Serba, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk.
f) Kalau, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau.
( Abdul Chaer : 2008 : 232 ).
2)    Komposisi Ajektival Bermakna Idiomatikal
            Ada sejumlah komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya panjang usus dalam arti ‘sabar’, tinggi hati dalam arti ‘angkuh’, tinggi rezeki dalam arti ‘sukar mendapat rezeki’, keras hati dalam arti ‘bersungguh-sungguh’, keras kepala dalam arti ‘tidak mau menurut nasehat’, bengkok akal dalam arti ‘ klicik dan tidak bisa dipercaya’
( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).

3)    Komposisi Ajektival dengan Adverbial
Hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi adjektival, yaitu:
- Adverbial negasi: tidak.
Contohnya : tidak bagus, tidak baik, tidak belok, tidak lurus, tidak beraturan
- Adverbia derajat: agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali
Contohnya : agak tinggi, sama panjang, lebih cantik, kurang pintar, sangat jelek
( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).


Reduplikasi


            Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Misalnya salah satu bahasa di Kepulauan Marshall (daerah pasifik) terdapat pada kata takin atau ‘kaus kaki’ yang direduplikasikan menjadi takinkin yang memiliki arti ‘memakai kaus kaki’ ; kata kagir atau ‘ikat pinggang’ yang direduplikasikan menjadi kagirgir yang memiliki arti ‘memakai ikat pinggang’; dan kata wah atau ‘perahu’ yang direduplikasikan menjadi wahwah yang memiliki arti ‘naik perahu’.
Dalam bahasa lain, misalnya Bahasa Moru (Papua Nugini) terdapat kata tau atau ‘orang laki-laki’ yang direduplikasikan menjadi tatau yang memiliki arti ‘banyak orang laki-laki’; dan pada kata mero atau ‘anak laki-laki kecil’ yang direduplikasikan menjadi memero memiliki arti ‘banyak anak laki-laki’, tetapi bila direduplikasikan menjadi mero-mero maka akan memiliki arti ‘anak laki-laki kecil’ (Abdul Chaer: 2008: 178).
            Dalam Bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Lalu, meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis dan masalah semantik.
A.    Reduplikasi Fonologis
            Reduplikasi ini berlangsung terhadap dasar yang bukan akar, atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal ( Abdul Chaer : 2008 : 179 ).
Yang termasuk dari reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti :
1.      Kuku, dada,pipi, cincin, dan sisi.
2.      Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani.
3.      Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde, dan rama-rama.
4.      Mondar-mandir, lontang-lantung,lunggang-langgang, kocar-kacir, dan teka-teki.

B.     Reduplikasi Sintaksis
            Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata ( Abdul Chaer : 2008 : 179 ).
·         Kridalaksana menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata, bukan ‘kata ulang’
Contoh : suaminya benar benar jantan
Jangan jangan kau dekati pemuda iu
Jauh jauh sekali negeri yang akan kita datangi
·         Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan.
Contoh : jangan kau dekati pemuda itu, jangan
Panas memang panas rasa hatiku
Benar suaminya benar jantan
·         Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini termsuk juga reduplikasi yan dilakukan terhadap jumlah kata ganti oran (pronomina persona).
Contoh : yang tidak datang ternyata dia dia juga
mereka mereka memang sengaja tidak diundang
Kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau
·         Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh : besok besok kamu boleh datang kesini
Dalam minggu minggu ini kabarnya beliau akan datang
Hari hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk
C.    Reduplikasi Semantis
            Reduplikasi semantis adalah pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim ( Abdul Chaer : 2008 : 180 ).
Contoh : Ilmu pengetahuan → kata ‘ilmu’ dan kata ‘pengetahuan’ memiliki makna yang sama
Alim ulama → kata ‘alim’ dan kata ‘ulama’ memiliki makna yang sama
Cerdik cendekia → kata ‘cerdik’ dan kata ‘cendekia’ memiliki makna yang sama
D.    Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian
(Abdul Chaer : 2008 : 181 ).
a.       Pengulangan akar, memiliki tiga macam proses pengulangan, antara lain :
a)      Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulamg tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.
Contoh : meja → meja-meja
Kuning → kuning-kuning
Sungguh → sungguh-sungguh
b)      Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan “pelemahan” bunyi.
Contoh : leluhur → luhur
Tetangga → tangga
Jejari → jari
Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagai ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya.
Contoh : leluhur  → luhur-luhur
Tetangga  → tangga-tangga
Jejari  → jari-jari
c)      Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi.
Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama.
Contoh : bolak-balik ; larak-lirik ; kelap-kelip ; corat-coret
Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur kedua.
Contoh : ramah-tamah ; lauk-pauk ; sayur-mayur
d)     Pengulangan dengan infiks, artinya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya.
Contoh : turun-temurun ; tali-temali ; sinar-seminar;gunung-gemunung


b.      Pengulangan dasar berafiks
Didalam pengulangan berafiks perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi, antara lain :
a)      Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu baru kemudian diulang atau direduplikasi.
Contoh : Lihat ↔ me + lihat → melihat-lihat
b)      Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu baru kemudian diberi afiks.
Contoh : Jalan → jalan-jalan ↔ ber + jalan-jalan → berjalan-jalan
c)      Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan.
Contoh : Minggu ↔ ber + minggu → berminggu-minggu

E.     Reduplikasi Dasar Nomina
            Secara morfologis, nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentukberkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata dasar
( Abdul Chaer : 2008 : 191 ).
Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
1.      Banyak
            Dasar nomina, baik yang berupa akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentukberkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata, apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak’ kalau memiliki komponen makna (terhitung).
Contoh : pemda akan menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu
Peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi
Di sana terdapat pengumuman-pengumuman dari berbagai instansi pemerintah
            Dari contoh diatas perlu dicatat bahwa bentuk dasar nomina yang berafiks atau berupa gabungan kata bila ingin ditampilkan bermakna ‘banyak’ sebaiknya tidak menggunakan bentuk reduplikasi, sebagai gantinya lebih baik menggunakan adverbia seperti semua, banyak, para, sejumlah, dan sebagian yang diletakkan didepan nomina itu
Misal : semua peraturan, banyak rumah sakit

2.      Banyak dan bermacam-macam
            Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dan bermacam-macam’ apabila memiliki komponen makna (berjenis), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks –an.
Contoh : di pasar menjual buah-buahan
Ibu membeli obat-obatan ke apotek
Burung ini termasuk binatang pemakan biji-bijian
3.      Banyak dengan ukuran tertentu
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dengan satuan ukuran tertentu’ apabila memiliki komponen makna (ukuran) dan (takaran), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-.
Contoh : kami sudah berhari-hari belum makan
Berliter-liter bensin terbuang percuma akibat kemacetan itu
Polisi menyita berbotol-botol minuman keras dalam razia kemarin
4.      Menyerupai atau seperti
            Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘seperti’ apabila memiliki komponen makna (bentuk tertentu) atau (sifat tertentu), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks –an.
Contoh : adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan
Anak lelaki suka bermain perang-perangan
Di tengah sawah ada orang-orangan penakut burung
5.      Saat atau waktu
            Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘saat’ atau ‘waktu’ apabila memiliki komponen makna (saat), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan perulangan utuh.
Contoh : malam-malam begini kamu mengapa datang kesini ?
Subuh-subuh kami sudah dibangunkan untuk bekerja



F.     Reduplikasi Dasar Verba
            Secara morfologis, verba dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks ber-, bentuk berkonfiks ber-an-, bentuk berprefiks me- inflektif dan derivatif, bentuk berprefiks di- derivatif, bentuk berprefiks ter- inflektif dan derivatif, bentuk berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berklofiks ter-kan inflektif, berkonfiks me-i inflektif, berklofiks di-i inflektif, berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an ( Abdul Chaer : 2008 : 194 ).
Dasar verba bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
1.      Kejadian berulang kali
      Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘kejadian (tindakan) berulang kali’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi)
Contoh : daritadi beliau marah-marah terus
Jangan menembak-nembak sembarangan
Mereka berlompat-lompatan ke segala arah
      Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa dasarnya dapat berupa akar (marah), berupa kata berprefiks me- (menembak) dan berupa kata berkonfiks ber-an (berlompatan)
2.      Kejadian berintensitas
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘kejadian berintensitas’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh : kami berjalan-jalan mengelilingi kebun raya Bogor
Anak itu bermain-main di halaman sekolah
Orang tua itu bertanya-tanya, dimana kedua anaknya itu kini berada
3.      Kejadian berbalasan
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘berbalasan’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan
(-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif
Contoh : terjadi tembak-menembak antara gerilyawan Palestina dan tentara Israel
Kita tidak boleh salah-menyalahkan dulu
Sikut-menyikut sesama mereka sudah biasa

4.      Dilakukan tanpa tujuan (dasar)
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘dilakukat tanpa tujuan (dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh : sehabis ujian kami makan-makan di restauran itu
Mari kita duduk-duduk di taman depan
Jangan tidur-tiduran didalam masjid
5.      Hal tindakan
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘hal me...’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh : menerima pekerjaan ketik-mengetik
Dalam soal tari-menari dia ahlinya
Bagi saya pekerjaan tulis-menulis bukan masalah
6.      Begitu (dasar)
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘begitu (dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+saat)
Contoh : saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada di depanku
Kami tidak tau apa sebabnya, datang-datang dia marah kepada kami
Rupanya dia lapar sekali, pulang-pulang minta makan

G.    Reduplikasi Dasar Ajektiva
            Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan tinggi ; dapat berupa turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauan ; dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan kuning telur. Namun yang lazim direduplikasikan adalah yang berbentuk akar.
Namun perlu dicatat bahwa makna gramatikal reduplikasi sangat tergantung pada konteks kalimatnya. Jadi, ada kemungkinan bentuk reduplikasi yang sama akan memiliki makna gramatikal yang berbeda kalau konteksnya berbeda
( Abdul Chaer : 2008 : 196 ).
Reduplikasi pada dasar ajektifa dapat menghasilkan, antara lain makna gramatikal yang menyatakan :
1.      Banyak yang (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘banyak yang dasar’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (ukuran)

Contoh : ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu
Murid-murid di sekolah itu memang nakal-nakal
Pohon-pohon di rumah itu besar-besar
2.      Se (dasar) mungkin
      Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘se (dasar) mungkin’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : buka jendela itu lebar-lebar
Buang jauh-jauh pikiran seperti itu
Jangan duduk dekat-dekat dengan dia
3.      Hanya yang (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘hanya yang (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : ambil yang baik-baik, tinggalkan yang buruk
Kumpulkan buah itu yang besar-besar saja
Petiklah daun tembakau itu yang lebar-lebar, lalu jemur disini
4.      Sedikit bersifat (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘sedikit bersifat (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+warna)
Contoh : dari jauh air laut tampak kebiru-biruan
Siapa gadis yang berbaju putih kekuning-kuningan itu ?
Batu cincinnya berwarna putih kemerah-merahan
5.      Meskipun (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘meskipun (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+sikap)
Contoh : jauh-jauh saya datang, tetapi orangnya tidak ada
Gelap-gelap datang juga dia kerumahku
Bodoh-bodoh begitu, bisa juga dia menipu orang lain


6.      Semua (dasar) dengan
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘semua (dasar) dengan’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : stuk sebesar-besar gajah merusak jalan lingkungan di daerah kami
Sepandai-pandai tupai melompat adakalanya jatuh juga
Daunnya selebar-lebar telinga gajah
7.      Intensitas
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘intensitas’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (ukuran)
Contoh : kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepele ini
Janganlah kamu melemah-lemahkan semangat dia
Tidak baik memburuk-burukkan nama orang yang sudah meninggal

H.    Reduplikasi Kelas Tertutup
Yang termasuk kelas tertutup adalah kata – kata yang termasuk dalam kelas adverbia, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, dan interjeksi. Namun makna-makna dari proses tersebut sukar dikaidahkan, oleh karena itu jumlahnya terbatas
( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
Kata – kata yang termasuk dalam kelas tertutup ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi :
a.       Reduplikasi dasar adverbia negasi
            Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak, dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah bukan dan tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu ( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
Contoh : Di sini kamu jangan bicara yang bukan – bukan.
Anak itu selalu menangis meminta yang tidak – tidak.
Dari contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak mempunyai distribusi yang sama alias dapat dipertukarkan satu sama lain.
b.      Reduplikasi dasar adverbia larangan
            Kosakata adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh.
( Abdul Chaer : 2008 : 200 ).
Contoh : Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia sakit.
Mari kita segera pulang, jangan-jangan ayah sudah dirumah.
Dari kedua contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan dan tidak lagi berkenaan dengan ‘larangan’, melainkan telah berubah menjadi konjungsi intrakalimat yang menyatakan hubungan antara klausa dengan makna menghubungkan menyatakan rasa khawatir.
c.       Reduplikasi dasar adverbia kala
            Kosakata adverbia kala adalah kata – kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau ; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan datang ( Abdul Chaer : 2008 : 200 ).
Contoh : Kalau mengingat yang sudah – sudah kami memang kasihan kepadanya.
Bentuk sudah-sudah pada kalimat diatas memiliki makna ‘segala peristiwa atau kejadian yang pernah dialami’.
d.      Reduplikasi dasar adverbia keharusan
            Kosakata adverbia keharusan adalah barangkali, kali, dan mungkin yang menyatakan kemungkinan ; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan ; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan keinginan ; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh ( Abdul Chaer : 2008 : 201 ).
Seperti pada kalimat : Jangan bekerja semau – maunya saja.
Bentuk semau-maunya pada kalimat diatas memiliki makna ‘semau kemauan sendiri’.
e.       Reduplikasi dasar adverbia jumlah
            Kosakata adverbia jumlah ada banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi ( Abdul Chaer : 2008 : 202 ).
Seperti pada kalimat berikut : Beri dia minum sedikit – sedikit.
Kami dapat membantu sebanyak – banyaknya.
Bentuk sedikit-sedikit pada kalimat diatas memiliki makna ‘sedikit demi sedikit’.
Bentuk sebanyak-banyaknya pada kalimat diatas memiliki makna ‘sebanyak mungkin’.
f.       Reduplikasi dasar adverbia taraf
            Kosakata adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang, dan paling. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah agak dan paling
( Abdul Chaer : 2008 : 203 ).

Seperti dalam kalimat berikut :
Harus dihitung yang benar, jangan mengagak – agak saja.
Harganya paling – paling seribu rupiah.
Bentuk mengagak-agak pada kalimat diatas memiliki makna ‘mengira-ngira’.
Bentuk paling-paling pada kalimat diatas memiliki makna ‘yang paling mahal (atau murah) hanyalah (seribu rupiah)’.
g.       Reduplikasi dasar adverbia frekuensi
            Kosakata adverbia frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi ( Abdul Chaer : 2008 : 203 ).
Seperti dalam kalimat :
Sekali-sekali dia datang juga ke sini.
Sering-seringlah kau singgah di situ.
Bentuk sekali-sekali pada kalimat diatas memiliki makna ‘datang tetapi tidak sering’.
Bentuk sering-seringlah pada kalimat diatas memiliki makna ‘acapkali’.
h.      Reduplikasi dasar numeralia
            Kosakata numeralia yang terlibat dalam reduplikasi adalah nama-nama bilangan bulat juga bilangan seperti sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya
( Abdul Chaer : 2008 : 206 ).
Contoh :
Anak – anak itu dibariskan dua – dua.
Mereka diberi uang seratus – seratus.
Bentuk dua-dua pada kalimat diatas memiliki makna ‘dua (orang) dua orang’.
Bentuk seratus-seratus pada kalimat diatas memiliki makna ‘setiap orang diberi seratus rupiah’.
i.        Reduplikasi dasar konjungsi koordinatif
            Kosakata konjungsi koordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menghubungkan menyatakan ‘sebab’ ; kalau, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menghubungkan menyatakan ‘persyaratan’ ; meskipun, biarpun walaupun, kendatipun, yang menghubungkan menyatakan ‘penguatan’ ; hingga, sehingga, dan sampai yang menghubungkan menyatakan ‘batas’ ; dan kecuali yang menghubungkan menyatakan ‘perkecualian’. Namun, yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan sampai ( Abdul Chaer : 2008 : 207 ).


Seperti dalam kalimat :
Mari kita ke kebun, kalau – kalau ada durian jatuh.
Kami cuma berandai – andai, tidak memikirkan yang sebenarnya.
 Bentuk kalau-kalau pada kalimat diatas memiliki makna ‘kemungkinan yang diharapkan memberi keuntungan’.
Bentuk berandai-andai pada kalimat diatas memiliki makna ‘melakukan andai-andai’.