Rabu, 21 Desember 2016

Reduplikasi


            Reduplikasi atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam banyak bahasa di dunia ini. Misalnya salah satu bahasa di Kepulauan Marshall (daerah pasifik) terdapat pada kata takin atau ‘kaus kaki’ yang direduplikasikan menjadi takinkin yang memiliki arti ‘memakai kaus kaki’ ; kata kagir atau ‘ikat pinggang’ yang direduplikasikan menjadi kagirgir yang memiliki arti ‘memakai ikat pinggang’; dan kata wah atau ‘perahu’ yang direduplikasikan menjadi wahwah yang memiliki arti ‘naik perahu’.
Dalam bahasa lain, misalnya Bahasa Moru (Papua Nugini) terdapat kata tau atau ‘orang laki-laki’ yang direduplikasikan menjadi tatau yang memiliki arti ‘banyak orang laki-laki’; dan pada kata mero atau ‘anak laki-laki kecil’ yang direduplikasikan menjadi memero memiliki arti ‘banyak anak laki-laki’, tetapi bila direduplikasikan menjadi mero-mero maka akan memiliki arti ‘anak laki-laki kecil’ (Abdul Chaer: 2008: 178).
            Dalam Bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Lalu, meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis dan masalah semantik.
A.    Reduplikasi Fonologis
            Reduplikasi ini berlangsung terhadap dasar yang bukan akar, atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal ( Abdul Chaer : 2008 : 179 ).
Yang termasuk dari reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti :
1.      Kuku, dada,pipi, cincin, dan sisi.
2.      Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani.
3.      Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde, dan rama-rama.
4.      Mondar-mandir, lontang-lantung,lunggang-langgang, kocar-kacir, dan teka-teki.

B.     Reduplikasi Sintaksis
            Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata ( Abdul Chaer : 2008 : 179 ).
·         Kridalaksana menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata, bukan ‘kata ulang’
Contoh : suaminya benar benar jantan
Jangan jangan kau dekati pemuda iu
Jauh jauh sekali negeri yang akan kita datangi
·         Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan.
Contoh : jangan kau dekati pemuda itu, jangan
Panas memang panas rasa hatiku
Benar suaminya benar jantan
·         Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini termsuk juga reduplikasi yan dilakukan terhadap jumlah kata ganti oran (pronomina persona).
Contoh : yang tidak datang ternyata dia dia juga
mereka mereka memang sengaja tidak diundang
Kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau
·         Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh : besok besok kamu boleh datang kesini
Dalam minggu minggu ini kabarnya beliau akan datang
Hari hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk
C.    Reduplikasi Semantis
            Reduplikasi semantis adalah pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim ( Abdul Chaer : 2008 : 180 ).
Contoh : Ilmu pengetahuan → kata ‘ilmu’ dan kata ‘pengetahuan’ memiliki makna yang sama
Alim ulama → kata ‘alim’ dan kata ‘ulama’ memiliki makna yang sama
Cerdik cendekia → kata ‘cerdik’ dan kata ‘cendekia’ memiliki makna yang sama
D.    Reduplikasi Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan pengulangan sebagian
(Abdul Chaer : 2008 : 181 ).
a.       Pengulangan akar, memiliki tiga macam proses pengulangan, antara lain :
a)      Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulamg tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu.
Contoh : meja → meja-meja
Kuning → kuning-kuning
Sungguh → sungguh-sungguh
b)      Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja (dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan “pelemahan” bunyi.
Contoh : leluhur → luhur
Tetangga → tangga
Jejari → jari
Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagai ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya.
Contoh : leluhur  → luhur-luhur
Tetangga  → tangga-tangga
Jejari  → jari-jari
c)      Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi.
Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama.
Contoh : bolak-balik ; larak-lirik ; kelap-kelip ; corat-coret
Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur kedua.
Contoh : ramah-tamah ; lauk-pauk ; sayur-mayur
d)     Pengulangan dengan infiks, artinya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangannya.
Contoh : turun-temurun ; tali-temali ; sinar-seminar;gunung-gemunung


b.      Pengulangan dasar berafiks
Didalam pengulangan berafiks perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi, antara lain :
a)      Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu baru kemudian diulang atau direduplikasi.
Contoh : Lihat ↔ me + lihat → melihat-lihat
b)      Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu baru kemudian diberi afiks.
Contoh : Jalan → jalan-jalan ↔ ber + jalan-jalan → berjalan-jalan
c)      Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan.
Contoh : Minggu ↔ ber + minggu → berminggu-minggu

E.     Reduplikasi Dasar Nomina
            Secara morfologis, nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentukberkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata dasar
( Abdul Chaer : 2008 : 191 ).
Dasar nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
1.      Banyak
            Dasar nomina, baik yang berupa akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-, bentukberkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata, apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak’ kalau memiliki komponen makna (terhitung).
Contoh : pemda akan menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu
Peraturan-peraturan daerah itu harus ditinjau lagi
Di sana terdapat pengumuman-pengumuman dari berbagai instansi pemerintah
            Dari contoh diatas perlu dicatat bahwa bentuk dasar nomina yang berafiks atau berupa gabungan kata bila ingin ditampilkan bermakna ‘banyak’ sebaiknya tidak menggunakan bentuk reduplikasi, sebagai gantinya lebih baik menggunakan adverbia seperti semua, banyak, para, sejumlah, dan sebagian yang diletakkan didepan nomina itu
Misal : semua peraturan, banyak rumah sakit

2.      Banyak dan bermacam-macam
            Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dan bermacam-macam’ apabila memiliki komponen makna (berjenis), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks –an.
Contoh : di pasar menjual buah-buahan
Ibu membeli obat-obatan ke apotek
Burung ini termasuk binatang pemakan biji-bijian
3.      Banyak dengan ukuran tertentu
Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘banyak dengan satuan ukuran tertentu’ apabila memiliki komponen makna (ukuran) dan (takaran), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian prefiks ber-.
Contoh : kami sudah berhari-hari belum makan
Berliter-liter bensin terbuang percuma akibat kemacetan itu
Polisi menyita berbotol-botol minuman keras dalam razia kemarin
4.      Menyerupai atau seperti
            Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘seperti’ apabila memiliki komponen makna (bentuk tertentu) atau (sifat tertentu), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian sufiks –an.
Contoh : adik menangis minta dibelikan mobil-mobilan
Anak lelaki suka bermain perang-perangan
Di tengah sawah ada orang-orangan penakut burung
5.      Saat atau waktu
            Dasar nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘saat’ atau ‘waktu’ apabila memiliki komponen makna (saat), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan perulangan utuh.
Contoh : malam-malam begini kamu mengapa datang kesini ?
Subuh-subuh kami sudah dibangunkan untuk bekerja



F.     Reduplikasi Dasar Verba
            Secara morfologis, verba dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks ber-, bentuk berkonfiks ber-an-, bentuk berprefiks me- inflektif dan derivatif, bentuk berprefiks di- derivatif, bentuk berprefiks ter- inflektif dan derivatif, bentuk berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berklofiks ter-kan inflektif, berkonfiks me-i inflektif, berklofiks di-i inflektif, berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berprefiks ke- dan berkonfiks ke-an ( Abdul Chaer : 2008 : 194 ).
Dasar verba bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang menyatakan :
1.      Kejadian berulang kali
      Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘kejadian (tindakan) berulang kali’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (-durasi)
Contoh : daritadi beliau marah-marah terus
Jangan menembak-nembak sembarangan
Mereka berlompat-lompatan ke segala arah
      Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa dasarnya dapat berupa akar (marah), berupa kata berprefiks me- (menembak) dan berupa kata berkonfiks ber-an (berlompatan)
2.      Kejadian berintensitas
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘kejadian berintensitas’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh : kami berjalan-jalan mengelilingi kebun raya Bogor
Anak itu bermain-main di halaman sekolah
Orang tua itu bertanya-tanya, dimana kedua anaknya itu kini berada
3.      Kejadian berbalasan
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘berbalasan’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan
(-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif
Contoh : terjadi tembak-menembak antara gerilyawan Palestina dan tentara Israel
Kita tidak boleh salah-menyalahkan dulu
Sikut-menyikut sesama mereka sudah biasa

4.      Dilakukan tanpa tujuan (dasar)
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘dilakukat tanpa tujuan (dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh : sehabis ujian kami makan-makan di restauran itu
Mari kita duduk-duduk di taman depan
Jangan tidur-tiduran didalam masjid
5.      Hal tindakan
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘hal me...’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh : menerima pekerjaan ketik-mengetik
Dalam soal tari-menari dia ahlinya
Bagi saya pekerjaan tulis-menulis bukan masalah
6.      Begitu (dasar)
Dasar verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘begitu (dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+saat)
Contoh : saya tidak sadar, tahu-tahu dia sudah berada di depanku
Kami tidak tau apa sebabnya, datang-datang dia marah kepada kami
Rupanya dia lapar sekali, pulang-pulang minta makan

G.    Reduplikasi Dasar Ajektiva
            Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar seperti merah dan tinggi ; dapat berupa turunan ke-an seperti kemerahan dan kehijauan ; dan dapat berupa kata gabung seperti merah darah dan kuning telur. Namun yang lazim direduplikasikan adalah yang berbentuk akar.
Namun perlu dicatat bahwa makna gramatikal reduplikasi sangat tergantung pada konteks kalimatnya. Jadi, ada kemungkinan bentuk reduplikasi yang sama akan memiliki makna gramatikal yang berbeda kalau konteksnya berbeda
( Abdul Chaer : 2008 : 196 ).
Reduplikasi pada dasar ajektifa dapat menghasilkan, antara lain makna gramatikal yang menyatakan :
1.      Banyak yang (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘banyak yang dasar’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (ukuran)

Contoh : ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu
Murid-murid di sekolah itu memang nakal-nakal
Pohon-pohon di rumah itu besar-besar
2.      Se (dasar) mungkin
      Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘se (dasar) mungkin’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : buka jendela itu lebar-lebar
Buang jauh-jauh pikiran seperti itu
Jangan duduk dekat-dekat dengan dia
3.      Hanya yang (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘hanya yang (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : ambil yang baik-baik, tinggalkan yang buruk
Kumpulkan buah itu yang besar-besar saja
Petiklah daun tembakau itu yang lebar-lebar, lalu jemur disini
4.      Sedikit bersifat (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘sedikit bersifat (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+warna)
Contoh : dari jauh air laut tampak kebiru-biruan
Siapa gadis yang berbaju putih kekuning-kuningan itu ?
Batu cincinnya berwarna putih kemerah-merahan
5.      Meskipun (dasar)
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘meskipun (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+sikap)
Contoh : jauh-jauh saya datang, tetapi orangnya tidak ada
Gelap-gelap datang juga dia kerumahku
Bodoh-bodoh begitu, bisa juga dia menipu orang lain


6.      Semua (dasar) dengan
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘semua (dasar) dengan’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : stuk sebesar-besar gajah merusak jalan lingkungan di daerah kami
Sepandai-pandai tupai melompat adakalanya jatuh juga
Daunnya selebar-lebar telinga gajah
7.      Intensitas
Dasar ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘intensitas’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (ukuran)
Contoh : kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepele ini
Janganlah kamu melemah-lemahkan semangat dia
Tidak baik memburuk-burukkan nama orang yang sudah meninggal

H.    Reduplikasi Kelas Tertutup
Yang termasuk kelas tertutup adalah kata – kata yang termasuk dalam kelas adverbia, pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, dan interjeksi. Namun makna-makna dari proses tersebut sukar dikaidahkan, oleh karena itu jumlahnya terbatas
( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
Kata – kata yang termasuk dalam kelas tertutup ini pun ada yang mengalami proses reduplikasi :
a.       Reduplikasi dasar adverbia negasi
            Kosakata adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak, dan tiada. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah bukan dan tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu ( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
Contoh : Di sini kamu jangan bicara yang bukan – bukan.
Anak itu selalu menangis meminta yang tidak – tidak.
Dari contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak mempunyai distribusi yang sama alias dapat dipertukarkan satu sama lain.
b.      Reduplikasi dasar adverbia larangan
            Kosakata adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh.
( Abdul Chaer : 2008 : 200 ).
Contoh : Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia sakit.
Mari kita segera pulang, jangan-jangan ayah sudah dirumah.
Dari kedua contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan dan tidak lagi berkenaan dengan ‘larangan’, melainkan telah berubah menjadi konjungsi intrakalimat yang menyatakan hubungan antara klausa dengan makna menghubungkan menyatakan rasa khawatir.
c.       Reduplikasi dasar adverbia kala
            Kosakata adverbia kala adalah kata – kata sudah dan telah untuk menyatakan kata lampau ; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala yang akan datang ( Abdul Chaer : 2008 : 200 ).
Contoh : Kalau mengingat yang sudah – sudah kami memang kasihan kepadanya.
Bentuk sudah-sudah pada kalimat diatas memiliki makna ‘segala peristiwa atau kejadian yang pernah dialami’.
d.      Reduplikasi dasar adverbia keharusan
            Kosakata adverbia keharusan adalah barangkali, kali, dan mungkin yang menyatakan kemungkinan ; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan ; mau, ingin, dan hendak yang menyatakan keinginan ; dan boleh yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan yang terlibat dalam reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh ( Abdul Chaer : 2008 : 201 ).
Seperti pada kalimat : Jangan bekerja semau – maunya saja.
Bentuk semau-maunya pada kalimat diatas memiliki makna ‘semau kemauan sendiri’.
e.       Reduplikasi dasar adverbia jumlah
            Kosakata adverbia jumlah ada banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi ( Abdul Chaer : 2008 : 202 ).
Seperti pada kalimat berikut : Beri dia minum sedikit – sedikit.
Kami dapat membantu sebanyak – banyaknya.
Bentuk sedikit-sedikit pada kalimat diatas memiliki makna ‘sedikit demi sedikit’.
Bentuk sebanyak-banyaknya pada kalimat diatas memiliki makna ‘sebanyak mungkin’.
f.       Reduplikasi dasar adverbia taraf
            Kosakata adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang, dan paling. Yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah agak dan paling
( Abdul Chaer : 2008 : 203 ).

Seperti dalam kalimat berikut :
Harus dihitung yang benar, jangan mengagak – agak saja.
Harganya paling – paling seribu rupiah.
Bentuk mengagak-agak pada kalimat diatas memiliki makna ‘mengira-ngira’.
Bentuk paling-paling pada kalimat diatas memiliki makna ‘yang paling mahal (atau murah) hanyalah (seribu rupiah)’.
g.       Reduplikasi dasar adverbia frekuensi
            Kosakata adverbia frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi. Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi ( Abdul Chaer : 2008 : 203 ).
Seperti dalam kalimat :
Sekali-sekali dia datang juga ke sini.
Sering-seringlah kau singgah di situ.
Bentuk sekali-sekali pada kalimat diatas memiliki makna ‘datang tetapi tidak sering’.
Bentuk sering-seringlah pada kalimat diatas memiliki makna ‘acapkali’.
h.      Reduplikasi dasar numeralia
            Kosakata numeralia yang terlibat dalam reduplikasi adalah nama-nama bilangan bulat juga bilangan seperti sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya
( Abdul Chaer : 2008 : 206 ).
Contoh :
Anak – anak itu dibariskan dua – dua.
Mereka diberi uang seratus – seratus.
Bentuk dua-dua pada kalimat diatas memiliki makna ‘dua (orang) dua orang’.
Bentuk seratus-seratus pada kalimat diatas memiliki makna ‘setiap orang diberi seratus rupiah’.
i.        Reduplikasi dasar konjungsi koordinatif
            Kosakata konjungsi koordinatif adalah karena, sebab, asal, dan lantaran yang menghubungkan menyatakan ‘sebab’ ; kalau, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menghubungkan menyatakan ‘persyaratan’ ; meskipun, biarpun walaupun, kendatipun, yang menghubungkan menyatakan ‘penguatan’ ; hingga, sehingga, dan sampai yang menghubungkan menyatakan ‘batas’ ; dan kecuali yang menghubungkan menyatakan ‘perkecualian’. Namun, yang terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah kalau, andai, dan sampai ( Abdul Chaer : 2008 : 207 ).


Seperti dalam kalimat :
Mari kita ke kebun, kalau – kalau ada durian jatuh.
Kami cuma berandai – andai, tidak memikirkan yang sebenarnya.
 Bentuk kalau-kalau pada kalimat diatas memiliki makna ‘kemungkinan yang diharapkan memberi keuntungan’.
Bentuk berandai-andai pada kalimat diatas memiliki makna ‘melakukan andai-andai’.

1 komentar: