Reduplikasi
atau pengulangan bentuk satuan kebahasaan merupakan gejala yang terdapat dalam
banyak bahasa di dunia ini. Misalnya salah satu bahasa di Kepulauan Marshall
(daerah pasifik) terdapat pada kata takin
atau ‘kaus kaki’ yang direduplikasikan menjadi takinkin yang memiliki arti ‘memakai kaus kaki’ ; kata kagir atau ‘ikat pinggang’ yang
direduplikasikan menjadi kagirgir
yang memiliki arti ‘memakai ikat pinggang’; dan kata wah atau ‘perahu’ yang direduplikasikan menjadi wahwah yang memiliki arti ‘naik perahu’.
Dalam bahasa lain, misalnya Bahasa Moru (Papua Nugini) terdapat kata tau atau ‘orang laki-laki’ yang direduplikasikan menjadi tatau yang memiliki arti ‘banyak orang laki-laki’; dan pada kata mero atau ‘anak laki-laki kecil’ yang direduplikasikan menjadi memero memiliki arti ‘banyak anak laki-laki’, tetapi bila direduplikasikan menjadi mero-mero maka akan memiliki arti ‘anak laki-laki kecil’ (Abdul Chaer: 2008: 178).
Dalam bahasa lain, misalnya Bahasa Moru (Papua Nugini) terdapat kata tau atau ‘orang laki-laki’ yang direduplikasikan menjadi tatau yang memiliki arti ‘banyak orang laki-laki’; dan pada kata mero atau ‘anak laki-laki kecil’ yang direduplikasikan menjadi memero memiliki arti ‘banyak anak laki-laki’, tetapi bila direduplikasikan menjadi mero-mero maka akan memiliki arti ‘anak laki-laki kecil’ (Abdul Chaer: 2008: 178).
Dalam
Bahasa Indonesia, reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan
kata, disamping afiksasi, komposisi, dan akronimisasi. Lalu, meskipun
reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi
tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah
sintaksis dan masalah semantik.
A. Reduplikasi
Fonologis
Reduplikasi ini berlangsung terhadap dasar yang bukan akar, atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal ( Abdul Chaer : 2008 : 179 ).
Yang termasuk dari reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti :
Reduplikasi ini berlangsung terhadap dasar yang bukan akar, atau terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal ( Abdul Chaer : 2008 : 179 ).
Yang termasuk dari reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti :
1.
Kuku,
dada,pipi, cincin, dan sisi.
2.
Foya-foya,
tubi-tubi, sema-sema, anai-anai, dan ani-ani.
3.
Laba-laba,
kupu-kupu, paru-paru, onde-onde, dan rama-rama.
4.
Mondar-mandir,
lontang-lantung,lunggang-langgang, kocar-kacir, dan teka-teki.
B. Reduplikasi
Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses
pengulangan terhadap sebuah dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan
satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi daripada sebuah kata ( Abdul Chaer :
2008 : 179 ).
·
Kridalaksana
menyebutnya menghasilkan sebuah ‘ulangan kata, bukan ‘kata ulang’
Contoh : suaminya benar benar jantan
Jangan
jangan kau dekati pemuda iu
Jauh
jauh sekali
negeri yang akan kita datangi
·
Bentuk-bentuk
reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua
unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan.
Contoh
: jangan kau dekati pemuda itu, jangan
Panas memang panas
rasa hatiku
Benar suaminya benar
jantan
·
Reduplikasi
sintaksis ini memiliki makna ‘menegaskan’ atau ‘menguatkan’. Dalam hal ini
termsuk juga reduplikasi yan dilakukan terhadap jumlah kata ganti oran
(pronomina persona).
Contoh
: yang tidak datang ternyata dia dia
juga
mereka mereka memang sengaja
tidak diundang
Kita kita ini memang termasuk orang yang tidak setuju
dengan beliau
·
Reduplikasi
sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu.
Contoh
: besok besok kamu boleh datang
kesini
Dalam
minggu minggu ini kabarnya beliau
akan datang
Hari hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk
C. Reduplikasi
Semantis
Reduplikasi
semantis adalah pengulangan makna yang sama dari dua buah kata yang bersinonim
( Abdul Chaer : 2008 : 180 ).
Contoh
: Ilmu pengetahuan → kata ‘ilmu’ dan kata ‘pengetahuan’ memiliki makna yang
sama
Alim
ulama → kata ‘alim’ dan kata ‘ulama’ memiliki makna yang sama
Cerdik
cendekia → kata ‘cerdik’ dan kata ‘cendekia’ memiliki makna yang sama
D. Reduplikasi
Morfologis
Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk
dasar yang berupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi.
Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi, dan
pengulangan sebagian
(Abdul
Chaer : 2008 : 181 ).
a.
Pengulangan
akar, memiliki tiga macam proses pengulangan, antara lain :
a)
Pengulangan
utuh, artinya bentuk dasar itu diulamg tanpa melakukan perubahan bentuk fisik
dari akar itu.
Contoh : meja →
meja-meja
Kuning → kuning-kuning
Sungguh →
sungguh-sungguh
b)
Pengulangan
sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku
katanya saja (dalam hal ini suku awal kata) disertai dengan “pelemahan” bunyi.
Contoh : leluhur → luhur
Tetangga → tangga
Jejari → jari
Perlu dicatat bentuk
dasar dalam perulangan sebagai ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi
dengan perbedaan makna gramatikalnya.
Contoh : leluhur → luhur-luhur
Tetangga → tangga-tangga
Jejari → jari-jari
c)
Pengulangan
dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan
perubahan bunyi.
Yang berubah bisa bunyi
vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa
menduduki unsur pertama.
Contoh : bolak-balik ;
larak-lirik ; kelap-kelip ; corat-coret
Bentuk yang berubah
bunyi bisa menduduki unsur kedua.
Contoh : ramah-tamah ;
lauk-pauk ; sayur-mayur
d)
Pengulangan
dengan infiks, artinya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur
ulangannya.
Contoh : turun-temurun ;
tali-temali ; sinar-seminar;gunung-gemunung
b.
Pengulangan
dasar berafiks
Didalam pengulangan
berafiks perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi,
antara lain :
a)
Pertama,
sebuah akar diberi afiks dulu baru kemudian diulang atau direduplikasi.
Contoh : Lihat ↔ me +
lihat → melihat-lihat
b)
Kedua,
sebuah akar direduplikasi dulu baru kemudian diberi afiks.
Contoh : Jalan →
jalan-jalan ↔ ber + jalan-jalan → berjalan-jalan
c)
Ketiga,
sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan.
Contoh : Minggu ↔ ber +
minggu → berminggu-minggu
E. Reduplikasi
Dasar Nomina
Secara
morfologis, nomina dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk
berprefiks ke-, bentukberkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk
berkonfiks ke-an, bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata dasar
( Abdul Chaer : 2008 : 191 ).
( Abdul Chaer : 2008 : 191 ).
Dasar
nomina bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang
menyatakan :
1.
Banyak
Dasar
nomina, baik yang berupa akar, bentuk berprefiks pe-, bentuk berprefiks ke-,
bentukberkonfiks pe-an, bentuk berkonfiks per-an, bentuk berkonfiks ke-an,
bentuk bersufiks –an, dan berupa gabungan kata, apabila direduplikasikan akan
memiliki makna gramatikal ‘banyak’ kalau memiliki komponen makna (terhitung).
Contoh : pemda akan
menggusur rumah-rumah tanpa IMB itu
Peraturan-peraturan daerah itu
harus ditinjau lagi
Di sana terdapat pengumuman-pengumuman dari berbagai
instansi pemerintah
Dari
contoh diatas perlu dicatat bahwa bentuk dasar nomina yang berafiks atau berupa
gabungan kata bila ingin ditampilkan bermakna ‘banyak’ sebaiknya tidak
menggunakan bentuk reduplikasi, sebagai gantinya lebih baik menggunakan
adverbia seperti semua, banyak, para,
sejumlah, dan sebagian yang
diletakkan didepan nomina itu
Misal : semua peraturan,
banyak rumah sakit
2.
Banyak
dan bermacam-macam
Dasar
nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘banyak dan bermacam-macam’ apabila memiliki komponen makna
(berjenis), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan pemberian
sufiks –an.
Contoh : di pasar
menjual buah-buahan
Ibu membeli obat-obatan ke apotek
Burung ini termasuk
binatang pemakan biji-bijian
3.
Banyak
dengan ukuran tertentu
Dasar
nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘banyak dengan satuan ukuran tertentu’ apabila memiliki komponen
makna (ukuran) dan (takaran), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai
dengan pemberian prefiks ber-.
Contoh : kami sudah berhari-hari belum makan
Berliter-liter bensin terbuang percuma akibat kemacetan itu
Polisi menyita berbotol-botol minuman keras dalam razia
kemarin
4.
Menyerupai
atau seperti
Dasar
nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘seperti’ apabila memiliki komponen makna (bentuk tertentu) atau
(sifat tertentu), dalam hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan
pemberian sufiks –an.
Contoh : adik menangis
minta dibelikan mobil-mobilan
Anak lelaki suka bermain
perang-perangan
Di tengah sawah ada orang-orangan penakut burung
5.
Saat
atau waktu
Dasar
nomina, khususnya dalam bentuk akar, bila direduplikasikan akan memiliki makna
gramatikal ‘saat’ atau ‘waktu’ apabila memiliki komponen makna (saat), dalam
hal ini perulangan itu dilakukan disertai dengan perulangan utuh.
Contoh : malam-malam begini kamu mengapa datang
kesini ?
Subuh-subuh kami sudah dibangunkan untuk bekerja
F. Reduplikasi
Dasar Verba
Secara
morfologis, verba dapat berbentuk akar, bentuk berprefiks ber-, bentuk
berkonfiks ber-an-, bentuk berprefiks me- inflektif dan derivatif, bentuk
berprefiks di- derivatif, bentuk berprefiks ter- inflektif dan derivatif,
bentuk berkonfiks me-kan inflektif, berklofiks di-kan inflektif, berklofiks
ter-kan inflektif, berkonfiks me-i inflektif, berklofiks di-i inflektif,
berklofiks ter-i inflektif, berprefiks ter- inflektif dan derivatif, berprefiks
ke- dan berkonfiks ke-an ( Abdul Chaer : 2008 : 194 ).
Dasar
verba bila direduplikasikan antara lain, akan melahirkan makna gramatikal yang
menyatakan :
1.
Kejadian
berulang kali
Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘kejadian
(tindakan) berulang kali’, apabila dasar itu memiliki komponen makna
(+tindakan) dan (-durasi)
Contoh
: daritadi beliau marah-marah terus
Jangan
menembak-nembak sembarangan
Mereka
berlompat-lompatan ke segala arah
Dari
contoh diatas dapat dilihat bahwa dasarnya dapat berupa akar (marah), berupa
kata berprefiks me- (menembak) dan berupa kata berkonfiks ber-an (berlompatan)
2.
Kejadian
berintensitas
Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘kejadian
berintensitas’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan
(+durasi)
Contoh
: kami berjalan-jalan mengelilingi
kebun raya Bogor
Anak
itu bermain-main di halaman sekolah
Orang
tua itu bertanya-tanya, dimana kedua
anaknya itu kini berada
3.
Kejadian
berbalasan
Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘berbalasan’,
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan
(-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif
(-durasi) serta dalam bentuk berprefiks me- regresif
Contoh
: terjadi tembak-menembak antara
gerilyawan Palestina dan tentara Israel
Kita
tidak boleh salah-menyalahkan dulu
Sikut-menyikut sesama mereka
sudah biasa
4.
Dilakukan
tanpa tujuan (dasar)
Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘dilakukat tanpa
tujuan (dasar)’, apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh
: sehabis ujian kami makan-makan di
restauran itu
Mari
kita duduk-duduk di taman depan
Jangan
tidur-tiduran didalam masjid
5.
Hal
tindakan
Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘hal me...’,
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+durasi)
Contoh
: menerima pekerjaan ketik-mengetik
Dalam
soal tari-menari dia ahlinya
Bagi
saya pekerjaan tulis-menulis bukan
masalah
6.
Begitu
(dasar)
Dasar
verba apabila direduplikasikan akan memiliki makna gramatikal ‘begitu (dasar)’,
apabila dasar itu memiliki komponen makna (+tindakan) dan (+saat)
Contoh
: saya tidak sadar, tahu-tahu dia
sudah berada di depanku
Kami
tidak tau apa sebabnya, datang-datang
dia marah kepada kami
Rupanya
dia lapar sekali, pulang-pulang minta
makan
G. Reduplikasi
Dasar Ajektiva
Ajektifa sebagai bentuk dasar dalam proses reduplikasi dapat berupa akar
seperti merah dan tinggi ; dapat berupa turunan ke-an
seperti kemerahan dan kehijauan ; dan dapat berupa kata gabung seperti merah
darah dan kuning telur. Namun yang lazim direduplikasikan adalah yang berbentuk
akar.
Namun
perlu dicatat bahwa makna gramatikal reduplikasi sangat tergantung pada konteks
kalimatnya. Jadi, ada kemungkinan bentuk reduplikasi yang sama akan memiliki
makna gramatikal yang berbeda kalau konteksnya berbeda
(
Abdul Chaer : 2008 : 196 ).
Reduplikasi
pada dasar ajektifa dapat menghasilkan, antara lain makna gramatikal yang
menyatakan :
1.
Banyak
yang (dasar)
Dasar ajektifa bila
direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘banyak yang dasar’ jika
bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (ukuran)
Contoh : ikannya masih kecil-kecil, jangan ditangkap dulu
Murid-murid di sekolah
itu memang nakal-nakal
Pohon-pohon di rumah itu
besar-besar
2.
Se
(dasar) mungkin
Dasar
ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘se (dasar)
mungkin’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : buka jendela
itu lebar-lebar
Buang jauh-jauh pikiran seperti itu
Jangan duduk dekat-dekat dengan dia
3.
Hanya
yang (dasar)
Dasar
ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘hanya yang
(dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : ambil yang baik-baik, tinggalkan yang buruk
Kumpulkan buah itu yang besar-besar saja
Petiklah daun tembakau
itu yang lebar-lebar, lalu jemur
disini
4.
Sedikit
bersifat (dasar)
Dasar
ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘sedikit
bersifat (dasar)’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+warna)
Contoh : dari jauh air
laut tampak kebiru-biruan
Siapa gadis yang berbaju
putih kekuning-kuningan itu ?
Batu cincinnya berwarna
putih kemerah-merahan
5.
Meskipun
(dasar)
Dasar
ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘meskipun (dasar)’
jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+sikap)
Contoh : jauh-jauh saya datang, tetapi orangnya
tidak ada
Gelap-gelap datang juga dia kerumahku
Bodoh-bodoh begitu, bisa juga dia menipu orang lain
6.
Semua
(dasar) dengan
Dasar
ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘semua (dasar)
dengan’ jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (+ukuran)
Contoh : stuk sebesar-besar gajah merusak jalan
lingkungan di daerah kami
Sepandai-pandai tupai melompat adakalanya jatuh juga
Daunnya selebar-lebar telinga gajah
7.
Intensitas
Dasar
ajektifa bila direduplikasikan akan menghasilkan makna gramatikal ‘intensitas’
jika bentuk dasar memiliki komponen makna (+keadaan) dan (ukuran)
Contoh : kamu jangan membesar-besarkan masalah yang sepele
ini
Janganlah kamu melemah-lemahkan semangat dia
Tidak baik memburuk-burukkan nama orang yang sudah
meninggal
H. Reduplikasi
Kelas Tertutup
Yang
termasuk kelas tertutup adalah kata – kata yang termasuk dalam kelas adverbia,
pronomina, numeralia, konjungsi, artikulus, dan interjeksi. Namun makna-makna
dari proses tersebut sukar dikaidahkan, oleh karena itu jumlahnya terbatas
( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
Kata
– kata yang termasuk dalam kelas tertutup ini pun ada yang mengalami proses
reduplikasi :
a. Reduplikasi
dasar adverbia negasi
Kosakata
adverbia negasi adalah bukan, tidak, tak,
dan tiada. Yang terlibat dalam
proses reduplikasi hanyalah bukan dan
tidak, bentuk tak dan tiada tidak terlibat dalam proses itu ( Abdul Chaer : 2008 : 199 ).
Contoh
: Di sini kamu jangan bicara yang bukan –
bukan.
Anak
itu selalu menangis meminta yang tidak –
tidak.
Dari
contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi bukan-bukan dan tidak-tidak
mempunyai distribusi yang sama alias dapat dipertukarkan satu sama lain.
b. Reduplikasi
dasar adverbia larangan
Kosakata
adverbia larangan adalah jangan dan tidak boleh.
( Abdul Chaer : 2008 : 200 ).
Contoh
: Hari ini dia tidak masuk sekolah, kemarin dia juga tidak masuk sekolah, jangan – jangan dia sakit.
Mari
kita segera pulang, jangan-jangan
ayah sudah dirumah.
Dari
kedua contoh diatas tampak bahwa bentuk reduplikasi jangan-jangan dan tidak lagi berkenaan dengan ‘larangan’, melainkan
telah berubah menjadi konjungsi intrakalimat yang menyatakan hubungan antara
klausa dengan makna menghubungkan menyatakan rasa khawatir.
c. Reduplikasi
dasar adverbia kala
Kosakata
adverbia kala adalah kata – kata sudah
dan telah untuk menyatakan kata
lampau ; sedang, tengah, dan lagi untuk menyatakan kala
kini ; akan dan mau untuk menyatakan kala
yang akan datang (
Abdul Chaer : 2008 : 200 ).
Contoh
: Kalau mengingat yang sudah – sudah
kami memang kasihan kepadanya.
Bentuk
sudah-sudah pada kalimat diatas
memiliki makna ‘segala peristiwa atau kejadian yang pernah dialami’.
d. Reduplikasi
dasar adverbia keharusan
Kosakata
adverbia keharusan adalah barangkali,
kali, dan mungkin yang menyatakan
kemungkinan
; mesti, harus, dan wajib yang menyatakan keharusan
; mau, ingin, dan hendak yang
menyatakan keinginan ; dan boleh
yang menyatakan kebolehan. Sebagai adverbia keharusan yang terlibat dalam
reduplikasi hanyalah kali, mau, dan boleh ( Abdul Chaer : 2008 :
201 ).
Seperti
pada kalimat : Jangan bekerja semau –
maunya saja.
Bentuk
semau-maunya pada kalimat diatas
memiliki makna ‘semau kemauan sendiri’.
e. Reduplikasi
dasar adverbia jumlah
Kosakata
adverbia jumlah ada banyak, sedikit, lebih, kurang, dan cukup. Semuanya terlibat dalam proses
reduplikasi ( Abdul Chaer : 2008 :
202 ).
Seperti
pada kalimat berikut : Beri dia minum sedikit
– sedikit.
Kami
dapat membantu sebanyak – banyaknya.
Bentuk
sedikit-sedikit pada kalimat diatas
memiliki makna ‘sedikit demi sedikit’.
Bentuk
sebanyak-banyaknya pada kalimat
diatas memiliki makna ‘sebanyak mungkin’.
f. Reduplikasi
dasar adverbia taraf
Kosakata
adverbia taraf adalah agak, sangat, amat, sekali, sedang, kurang, dan paling. Yang
terlibat dalam proses reduplikasi hanyalah agak
dan paling
( Abdul Chaer : 2008 : 203 ).
Seperti
dalam kalimat berikut :
Harus
dihitung yang benar, jangan mengagak –
agak saja.
Harganya
paling – paling seribu rupiah.
Bentuk
mengagak-agak pada kalimat diatas
memiliki makna ‘mengira-ngira’.
Bentuk
paling-paling pada kalimat diatas
memiliki makna ‘yang paling mahal (atau murah) hanyalah (seribu rupiah)’.
g. Reduplikasi
dasar adverbia frekuensi
Kosakata
adverbia frekuensi adalah sekali, jarang, sering, dan lagi.
Semuanya terlibat dalam proses reduplikasi (
Abdul Chaer : 2008 : 203 ).
Seperti
dalam kalimat :
Sekali-sekali
dia datang juga ke sini.
Sering-seringlah
kau singgah di situ.
Bentuk sekali-sekali pada kalimat diatas memiliki makna ‘datang tetapi tidak sering’.
Bentuk sekali-sekali pada kalimat diatas memiliki makna ‘datang tetapi tidak sering’.
Bentuk
sering-seringlah pada kalimat diatas
memiliki makna ‘acapkali’.
h. Reduplikasi
dasar numeralia
Kosakata
numeralia yang terlibat dalam reduplikasi adalah nama-nama bilangan bulat juga bilangan seperti sepertiga, setengah, seperempat, dan sebagainya
( Abdul Chaer : 2008 : 206 ).
Contoh
:
Anak
– anak itu dibariskan dua – dua.
Mereka
diberi uang seratus – seratus.
Bentuk dua-dua pada kalimat diatas memiliki makna ‘dua (orang) dua orang’.
Bentuk dua-dua pada kalimat diatas memiliki makna ‘dua (orang) dua orang’.
Bentuk
seratus-seratus pada kalimat diatas
memiliki makna ‘setiap orang diberi seratus rupiah’.
i. Reduplikasi
dasar konjungsi koordinatif
Kosakata
konjungsi koordinatif adalah karena,
sebab, asal, dan lantaran yang
menghubungkan menyatakan ‘sebab’ ; kalau, jikalau, andai, andaikata, dan seandainya yang menghubungkan menyatakan ‘persyaratan’ ; meskipun, biarpun walaupun, kendatipun,
yang menghubungkan menyatakan ‘penguatan’ ; hingga, sehingga, dan sampai yang menghubungkan menyatakan ‘batas’
; dan kecuali yang menghubungkan
menyatakan ‘perkecualian’. Namun, yang terlibat dalam proses reduplikasi
hanyalah kalau, andai, dan sampai ( Abdul Chaer : 2008 : 207 ).
Seperti
dalam kalimat :
Mari
kita ke kebun, kalau – kalau ada
durian jatuh.
Kami cuma berandai – andai, tidak memikirkan yang sebenarnya.
Kami cuma berandai – andai, tidak memikirkan yang sebenarnya.
Bentuk kalau-kalau pada kalimat diatas memiliki
makna ‘kemungkinan yang diharapkan memberi keuntungan’.
Bentuk
berandai-andai pada kalimat diatas
memiliki makna ‘melakukan andai-andai’.
Reduplikasi numeralia tidak ada ya kak?
BalasHapus