Rabu, 21 Desember 2016

Komposisi


Komposisi merupakan proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung sepenuhnya dalam sebuah kata ( Abdul Chaer : 2008 : 209 ).
            Seperti yang kita ketahui konsep-konsep dalam kehidupan kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu, proses komposisi ini dalam Bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Misalkan : pada kata bukit untuk mengacu pada konsep ‘gunung kecil’. Tetapi dalam kehidupan nyata kita juga punya bukit kecil, maka konsep bukit kecil itu kita wadahi dengan gabungan ‘anak bukit’.
a.       Komposisi dalam Peristilahan
            Ada beberapa istilah yang selama ini digunakan dalam berbagai literatur tata Bahasa Indonesia, salah satunya adalah kata majemuk. Istilah ini digunakan untuk mengacu pada konsep “gabungan dua buah kata atau lebih” yang memiliki makna baru. Contohnya adalah bentuk kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman yang.....’ merupakan sebuah kata majemuk; tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk. Begitu juga dengan tangan panjang yang memiliki arti ‘pencuri’ dan membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’, juga meja hijau yang berarti ‘pengadilan’ merupakan sebuah kata majemuk ( Alisjahbana : 1953 ).

Ahli lain berpendapat dalam komposisi, digunakan istilah kelompok kata yang dibedakan atas kelompok longgar dan kelompok erat. Kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat, sedangkan yang dimaksud dengan kelompok erat adalah kelompok yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat erat dan tidak dapat dipisahkan. Kalau dibandingkan dengan peristilahan yang digunakan Alisjahbana, maka kelompok longgar sama dengan yang bukan kata majemuk dan kelompok erat sama dengan kata majemuk ( Fokker : 1951).
b.      Aspek Semantik Komposisi
            Sudah disebutkan di muka bahwa tujuan utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah kata ( Abdul Chaer : 2008 : 212 ).
Ø  Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat; sehingga membentuk komposisi yang koordinatif.
Contoh : baca tulis → baca dan tulis
Ø  Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan tidak sederajat; sehngga melahirkan komposisi yang subordinatif. Dalam hal ini, unsur pertama merupakan unsur unsur utama dan unsur kedua merupakan unsur penjelas.
Contoh : sate (unsur utama) + ayam (unsur penjelas) → sate ayam yang memiliki makna gramatikal ‘sate yang berbahan dasar daging ayam’
Ø  Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya, karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu.
Contoh :
·         Istilah olahraga → tolak peluru, angkat besi, terjun payung
·         Istilah linguistik → fonem vokal, morfem bebas,klausa verbal
·         Istilah politik → hak angket, hak pilih, sidang paripurna
·         Istilah pendidikan → buku ajar, tahun ajaran, model pembelajaran
·         Istilah agama (Islam) → ayat kursi, zakat fitrah, ibadah haji
Ø  Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Contoh : meja + hijau → meja hijau, memiliki makna gramatikal ‘pengadilan’
Ø  Komposisi yang menghasilkan nama, yakni mengacu pada sebuah wujud dalam dunia nyata.
Contoh : Stasiun Gambir dan Selat Sunda



c.       Pengembangan Komposisi
Sebagaimana sudah disebutkan diatas bahwa maksud utama pembentukan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanyadalam bentuk tunggal.
Pada tahap pertama tentunya komposisi baru berupa penggabungan dua buah dasar, seperti dasar kereta dan dasar api akan menjadi komposisi kereta api. Namun, kemudian akibat perkembangna teknologi dan budaya, kereta api dapat digabungkan lagi dengan dasar ekspress sehingga menjadi kereta api ekspress. Selanjutnya kereta api ekspress dapat digabung lagi dengan dasar malam menjadi komposisi kereta api ekspress malam. Dan kemudian komposisi kereta api ekspress malam ini dapat digabung lagi dengan komposisi luar biasa sehingga menjadi komposisi kereta api ekspress malam luar biasa ( Abdul Chaer : 2008 : 216 ).
A.    Komposisi nominal
1)      Komposisi Nominal Bermakna Gramatikal
            Makna gramatikal adalah makna yang muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah komposisi (Abdul Chaer:2008:212).
Makna gramatikal yang muncul dalam proses pembentukan nominal, antara lain:
a)      Gabungan biasa, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ‘gabungan biasa’ ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna :
-          Pasangan antonim relasional misalkan ayah ibu, guru muridm suami istri, kakak adik, pedagang pembeli, pembaca pendengar
-          Anggota dari satu medan makna misalkan : topan badai, sawah ladang, kampung halaman, piring mangkuk, tikar bakal, ayam itik
b)      Bagian, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal ‘bagian’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bagian dari unsur kedua dan unsur kedua memiliki komponen makna keseluruhan yang mencakup unsur pertama. Misalkan : awal tahun, tengah semester, akhir bulan, pangkal paha, ujung jalan
c)      Kepunyaan atau pemilik, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata milik. Makna gramatikal ‘kepunyaan atau pemilik’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda termilik dan unsur kedua memiliki komponen makna pemilik. Misalkan : sepatu adik, rumah nenek, mobil direktur, sekolah swasta, putri raja
d)     Asal bahan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terbuat dari. Makna gramatikal ‘asal bahan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bahan pembuat unsur pertama. Misalkan : cincin emas, sate ayam, kursi rotan, jaket kulit, uang logam, meja kayu, lemari besi
e)      Asal tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terbuat dari. Makna gramatikal ‘asal bahan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bahan pembuat unsur pertama. Misalkan : sate padang, jeruk bali,soto madura, dodol garut, seblak bandung
f)       Bercampur atau dicampur dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata bercampur. Makna gramatikal ‘bercampur’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pencampur pada unsur pertama. Misalkan : teh susu, roti keju, lontong sayur, sate lontong
g)      Hasil buatan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata buatan. Makna gramatikal ‘hasil buatan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pembuat unsur pertama. Misalkan : mobil Jepang, soto Bang Nawi, puisi Chairil, motor Cina
h)      Tempat melakukan sesuatu, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat. Makna gramatikal ‘tempat melakukan sesuatu’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna ruang dan unsur kedua memiliki komponen makna tindakan. Misalkan : rumah makan, ruang tunggu, kamar mandi, ruang sidang, halaman parkir
i)        Kegunaan tertentu, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ‘kegunaan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegunaan dan unsur kedua memiliki komponen makna tindakan. Misalkan : uang belanja, mobil dinas, kapal perang
j)        Bentuk, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berbentuk. Makna gramatikal ‘bentuk’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna bentuk atau wujud. Misalkan : meja bundar, rumah mungil, kotak persegi
k)      Jenis, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis. Makna gramatikal ‘jenis’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda generik dan unsur kedua memiliki komponen makna benda spesifik. Misalkan : mobil sedan, pisau lipat, ayam petelur, ikan kakap
l)        Keadaan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata keadaan. Makna gramatikal ‘keadaan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna keadaan. Misalkan : mobil rusak, daerah kumuh, anak malas, buku tipis, ban kempes
m)    Seperti atau menyerupai, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau serupa. Makna gramatikal ‘seperti’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda buatan dan unsur kedua memiliki komponen makna ciri khas benda. Misalkan : gula pasir, akar rambut, kopi bubuk, garam bata
n)      Jender atau jenis kelamin, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berkelamin. Makna gramatikal ‘gender’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna makhluk dan unsur kedua memiliki komponen makna gender. Misalkan : ayam jantan, sapi betina, atlet putri
o)      Model, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata model. Makna gramatikal ‘model’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda buatan dan unsur kedua memiliki komponen makna ciri khas dari sesuatu. Misalkan : celana jengki, topi koboi, rambut prajurit
p)      Memakai atau menggunakan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata memakai. Makna gramatikal ‘memakai’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda alat dan unsur kedua memiliki komponen makna benda yang digunakan. Misalkan : kapal layar, mesin uap, mesin diesel, topi haji
q)      Yang di...., sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang di... Makna gramatikal ‘yang di...’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna perlakuan terhadap unsur pertama. Misalkan : anak angkat, ayam goreng, roti bakar, nasi kukus, tempe bacem
r)       Ada di..., sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata di. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegiatan dan unsur kedua memiliki komponen makna ruang atau tempat. Misalkan : bajak laut, kapal udara, uang muka, penjaga gawang


s)       Yang (biasa) melakukan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang melakukan atau yang mengerjakan. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pelaku dan unsur kedua memiliki komponen tindakan atau kegiatan. Misalkan : jago balap, jago makan, juru bayar, juru parkir, juru bicara
t)       Wadah atau tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata wadah atau tempat. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna wadah dan unsur kedua memiliki komponen makna benda berwadah. Misalkan : kaleng cat, botol kecap,kotak uang, tabung gas, kaleng susu
u)      Letak atau posisi, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata di.... Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna posisi. Misalkan : pintu depan, kamar tengah, pintu samping, ruang dalam
v)      Mempunyai atau dilengkapi dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata mempunyai atau dilengkapi dengan. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda alat dan unsur kedua memiliki komponen makna pelengkap. Misalkan : kursi roda, rumah tingkat, sepeda motor
w)    Jenjang, tahap, atau, tingkat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tahap atau tingkat. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegiatan dan unsur kedua memiliki komponen makna tahap atau tingkatan. Misalkan : sekolah dasar, bagian pengantar, sekolah tinggi, penelitian lanjut
x)      Rasa atau bau, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata rasanya atau yang baunya. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda rasa atau benda bau dan unsur kedua memiliki komponen makna rasa atau bau. Misalkan : kacang asin, gulai pedas, sayur asam
2)      Komposisi Nominal Bermakna Idiomatik
            Ada sejumlah komposisi nominal memiliki makna idiomatik, baik berupa idiom penuh maupun idiom sebagian. Yang berupa idiom penuh artinya seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun secara gramatikal ( Abdul Chaer : 2008 : 222 ).
Contoh :
-          Ayah ibu → orang tua
-          Kambing hitam → orang yang dipersalahkan dalam satu perkara
-          Meja hijau → pengadilan
      Komposisi yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikal, seperti pada kata daerah hitam, pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta dimana salah satu diantara unsurnya masih bermakna leksikal yaitu pada kata daerah, pakaian, koran, dan gaji
( Abdul Chaer:2008:223).
3)      Komposisi Nominal Metaforis
            Ada sejumlah komposisi nominal yang salah satu unsurnya digunakan secara metaforis, yakni dengan mengambil salah satu komponenmakna yang dimiliki oleh unsur tersebut. Umpamanya unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu terletak pada bagian bawah. Sedangkan pada komposisi kaki meja diberi makna metaforis dari komponen makna kaki yaitu penunjang berdirinya tubuh ( Abdul Chaer : 2008 : 223 ).
4)      Komposisi Nominal Nama dan Istilah
            Ada sejumlah komposisi nominal yang berupa nama atau istilah. Sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga tidak bermakna metaforis ( Abdul Chaer : 2008 : 224 ).
Contoh :
Nama → Hotel Indonesia, Apotik Rino, Jalan Jagorawi, Tanah Abang, Kota Bekasi
Istilah → buku ajar, lepas landas, suku cadang,anak angkat, rumah tangga, pagar ayu
5)      Komposisi Nominal dengan Adverbia
Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari kelas adverbial dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh makna ‘leksikal’ dari kata adverbia itu. Adverbia yang mendampingi nomina adalah adverbia yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada, dan tanpa; dan adverbia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa, banyak, sedikit, sejumlah, jarang, kurang ( Abdul Chaer : 2008 : 224 ).
Contoh : sejumlah uang, tanpa air, beberapa siswa,kurang semen,belum pulang




B.     Komposisi verbal
            Komposisi verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya komposisi ;
menyanyi → mereka menyanyi sepanjang malam
datang menghadap → dia datang menghadap kepala sekolah
( Abdul Chaer : 2008 : 225 ).
Komposisi verbal dapat dibentuk dari dasar :
a.       Verba + verba, seperti menyanyi menari, duduk termenung, makan minum.
b.      Verba + nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, lompat galah.
c.       Verba + adjektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, terbaring gelisah.
d.      Adverbia + verba, seperti sudah makan, belum ketemu, masih tidur.
1)    Komposisi Verbal Bermakna Gramatikal
     Dalam proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal, antara lain :
a) Gabungan biasa, sehingga di anatra kedua unsurnya dapat disispkan kata dan.
Makna gramatikal ini dapat terjadi apabila :
 - Kedua unsurnya memiliki komponen yang sama.
Contohnya : bujuk rayu, caci maki,gelak tawa, turut serta, tegur sapa
- Kedua unsurnya merupakan anggota dari satu medan makna.
Contohnya : belajar mengajar, makan minum, baca tulis, tanya jawab
- Kedua unsurnya merupakan pasangan berantonim.
Contohnya : jual beli, jatuh bangun, maju mundur, pulang pergi, bongkar pasang
b) Gabungan mempertentangkan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Sambil, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil.
d) Lalu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata untuk.
f) Dengan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata dengan.
g) Secara, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara.
h) Alat, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menggunakan.
i) Waktu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata waktu.
j) Karena,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena.
k) Terhadap,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan.
l) Menjadi,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi.
m) Sehingga,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai.
n) Menuju,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju.
o) Arah kedatangan,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
 p) Seperti,
sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai
( Abdul Chaer : 2008 : 226 ).
2)    Komposisi Verbal Bermakna Idiomatikal
                 Komposisi verbal bermakna idiomatikal adalah komposisi yang maknanya tidak dapat ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya makan garamdalam arti ‘pengalaman’, makan kerawat dalam arti ‘sangat miskin’, gigit jari dalam arti ‘tidak mendapatkan apa-apa’, mengukir langit dalam arti ‘mengkhayal’, pulang nama dalam arti ‘meninggal ditempat lain’, main sabun dalam arti ‘bermain curang’, dan duduk perut dalam arti ‘hamil’ ( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
3)    Komposisi Verbal dengan Adverbia
     Verba sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh sebuah adverbia atau lebih ( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
Adverbia pendamping adalah:
a) Adverbia negasi: tidak, tak tanpa.
b) Adverbia kala: sudah, sedang, tengah lagi, akan.
c) Adverbia keselesaian: sudah , sedang , tengah, belum.
d) Adverbia aspectual: boleh wajib, harus, dapat, ingin , mau.
e) Adverbial frekuensi : sering , jarang, pernah, acapkali.
f) Adverbial kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.
C.    Komposisi ajektival
            Komposisi adjektiva adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori adjektiva atau kata sifat ( Abdul Chaer : 2008 : 232 ).
Komposisi adjektiva dapat dibentuk dari dasar:
a)   Adjektiva + adjektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
b)   Adjektiva + nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
c)   Adjektiva + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
d)   Adverbia + adjektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat menyenangkan.
1)    Komposisi Ajektival Bermakna Gramatikal
a) Gabungan biasa, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan.
b) Alternatif atau pilihan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Seperti , sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti.
d) Serba, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk.
f) Kalau, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau.
( Abdul Chaer : 2008 : 232 ).
2)    Komposisi Ajektival Bermakna Idiomatikal
            Ada sejumlah komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya panjang usus dalam arti ‘sabar’, tinggi hati dalam arti ‘angkuh’, tinggi rezeki dalam arti ‘sukar mendapat rezeki’, keras hati dalam arti ‘bersungguh-sungguh’, keras kepala dalam arti ‘tidak mau menurut nasehat’, bengkok akal dalam arti ‘ klicik dan tidak bisa dipercaya’
( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).

3)    Komposisi Ajektival dengan Adverbial
Hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi adjektival, yaitu:
- Adverbial negasi: tidak.
Contohnya : tidak bagus, tidak baik, tidak belok, tidak lurus, tidak beraturan
- Adverbia derajat: agak, sama, lebih, kurang, sangat, amat, sekali
Contohnya : agak tinggi, sama panjang, lebih cantik, kurang pintar, sangat jelek
( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar