Komposisi
merupakan proses penggabungan dasar dengan dasar (biasanya berupa akar maupun
bentuk berimbuhan) untuk mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung
sepenuhnya dalam sebuah kata (
Abdul Chaer : 2008 : 209 ).
Seperti yang kita ketahui konsep-konsep dalam kehidupan kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu, proses komposisi ini dalam Bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Misalkan : pada kata bukit untuk mengacu pada konsep ‘gunung kecil’. Tetapi dalam kehidupan nyata kita juga punya bukit kecil, maka konsep bukit kecil itu kita wadahi dengan gabungan ‘anak bukit’.
Seperti yang kita ketahui konsep-konsep dalam kehidupan kita banyak sekali, sedangkan jumlah kosakata terbatas. Oleh karena itu, proses komposisi ini dalam Bahasa Indonesia merupakan satu mekanisme yang cukup penting dalam pembentukan dan pengayaan kosakata. Misalkan : pada kata bukit untuk mengacu pada konsep ‘gunung kecil’. Tetapi dalam kehidupan nyata kita juga punya bukit kecil, maka konsep bukit kecil itu kita wadahi dengan gabungan ‘anak bukit’.
a.
Komposisi
dalam Peristilahan
Ada beberapa istilah yang selama ini
digunakan dalam berbagai literatur tata Bahasa Indonesia, salah satunya adalah
kata majemuk. Istilah ini digunakan untuk mengacu pada konsep “gabungan dua
buah kata atau lebih” yang memiliki makna baru. Contohnya adalah bentuk kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman
yang.....’ merupakan sebuah kata majemuk; tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata
majemuk. Begitu juga dengan tangan
panjang yang memiliki arti ‘pencuri’ dan membanting tulang dalam arti ‘bekerja keras’, juga meja hijau yang berarti ‘pengadilan’
merupakan sebuah kata majemuk ( Alisjahbana : 1953 ).
Ahli lain berpendapat dalam komposisi, digunakan
istilah kelompok kata yang dibedakan atas kelompok
longgar dan kelompok erat.
Kelompok longgar dimaksudkan untuk kelompok kata yang hubungan antara
unsur-unsurnya bersifat tidak mengikat, sedangkan yang dimaksud dengan kelompok
erat adalah kelompok yang hubungan antara unsur-unsurnya bersifat erat dan
tidak dapat dipisahkan. Kalau dibandingkan dengan peristilahan yang digunakan
Alisjahbana, maka kelompok longgar sama
dengan yang bukan kata majemuk dan kelompok
erat sama dengan kata majemuk ( Fokker : 1951).
b.
Aspek Semantik
Komposisi
Sudah disebutkan di muka bahwa tujuan
utama membentuk komposisi adalah untuk menampung atau mewadahi konsep-konsep
yang ada dalam kehidupan kita tetapi belum ada wadahnya dalam bentuk sebuah
kata ( Abdul Chaer : 2008 : 212 ).
Ø Komposisi yang menampung konsep-konsep yang
digabungkan sederajat; sehingga membentuk komposisi yang koordinatif.
Contoh
: baca tulis → baca dan tulis
Ø Komposisi yang menampung konsep-konsep yang
digabungkan tidak sederajat; sehngga melahirkan komposisi yang subordinatif.
Dalam hal ini, unsur pertama merupakan unsur unsur utama dan unsur kedua
merupakan unsur penjelas.
Contoh
: sate (unsur utama) + ayam (unsur penjelas) → sate ayam yang memiliki makna
gramatikal ‘sate yang berbahan dasar daging ayam’
Ø Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang
maknanya sudah pasti, sudah tertentu, meskipun bebas dari konteks kalimatnya,
karena sebagai istilah hanya digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan
tertentu.
Contoh
:
·
Istilah
olahraga → tolak peluru, angkat besi, terjun payung
·
Istilah
linguistik → fonem vokal, morfem bebas,klausa verbal
·
Istilah
politik → hak angket, hak pilih, sidang paripurna
·
Istilah
pendidikan → buku ajar, tahun ajaran, model pembelajaran
·
Istilah
agama (Islam) → ayat kursi, zakat fitrah, ibadah haji
Ø Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan
dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik yaitu makna yang tidak
dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal.
Contoh
: meja + hijau → meja hijau, memiliki makna gramatikal ‘pengadilan’
Ø Komposisi yang menghasilkan nama, yakni mengacu
pada sebuah wujud dalam dunia nyata.
Contoh : Stasiun Gambir
dan Selat Sunda
c.
Pengembangan
Komposisi
Sebagaimana sudah disebutkan diatas bahwa maksud
utama pembentukan komposisi adalah untuk mewadahi konsep-konsep yang ada dalam
kehidupan nyata tetapi belum ada kosakatanyadalam bentuk tunggal.
Pada tahap pertama tentunya komposisi baru berupa
penggabungan dua buah dasar, seperti dasar kereta
dan dasar api akan menjadi komposisi kereta api. Namun, kemudian akibat
perkembangna teknologi dan budaya, kereta
api dapat digabungkan lagi dengan dasar ekspress
sehingga menjadi kereta api ekspress.
Selanjutnya kereta api ekspress dapat
digabung lagi dengan dasar malam
menjadi komposisi kereta api ekspress
malam. Dan kemudian komposisi kereta
api ekspress malam ini dapat digabung lagi dengan komposisi luar biasa
sehingga menjadi komposisi kereta api
ekspress malam luar biasa ( Abdul Chaer : 2008 : 216 ).
A. Komposisi
nominal
1)
Komposisi
Nominal Bermakna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang
muncul dalam proses penggabungan dasar dengan dasar dalam pembentukan sebuah
komposisi (Abdul Chaer:2008:212).
Makna gramatikal yang muncul dalam proses
pembentukan nominal, antara lain:
a)
Gabungan
biasa, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan. Makna gramatikal ‘gabungan biasa’
ini akan terjadi apabila kedua unsurnya memiliki komponen makna :
-
Pasangan
antonim relasional misalkan ayah ibu, guru muridm suami istri, kakak adik,
pedagang pembeli, pembaca pendengar
-
Anggota
dari satu medan makna misalkan : topan badai, sawah ladang, kampung halaman,
piring mangkuk, tikar bakal, ayam itik
b)
Bagian,
sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari. Makna gramatikal ‘bagian’ ini akan terjadi apabila unsur
pertama memiliki komponen makna bagian dari unsur kedua dan unsur kedua
memiliki komponen makna keseluruhan yang mencakup unsur pertama. Misalkan :
awal tahun, tengah semester, akhir bulan, pangkal paha, ujung jalan
c)
Kepunyaan
atau pemilik, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata milik. Makna gramatikal ‘kepunyaan atau
pemilik’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda
termilik dan unsur kedua memiliki komponen makna pemilik. Misalkan : sepatu
adik, rumah nenek, mobil direktur, sekolah swasta, putri raja
d)
Asal
bahan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terbuat dari. Makna gramatikal ‘asal
bahan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bahan
pembuat unsur pertama. Misalkan : cincin emas, sate ayam, kursi rotan, jaket
kulit, uang logam, meja kayu, lemari besi
e)
Asal
tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terbuat dari. Makna gramatikal ‘asal
bahan’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna bahan
pembuat unsur pertama. Misalkan : sate padang, jeruk bali,soto madura, dodol
garut, seblak bandung
f)
Bercampur
atau dicampur dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata bercampur. Makna gramatikal ‘bercampur’
ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pencampur pada
unsur pertama. Misalkan : teh susu, roti keju, lontong sayur, sate lontong
g)
Hasil
buatan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata buatan. Makna gramatikal ‘hasil buatan’
ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna pembuat unsur
pertama. Misalkan : mobil Jepang, soto Bang Nawi, puisi Chairil, motor Cina
h)
Tempat
melakukan sesuatu, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tempat. Makna gramatikal ‘tempat
melakukan sesuatu’ ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen
makna ruang dan unsur kedua memiliki komponen makna tindakan. Misalkan : rumah
makan, ruang tunggu, kamar mandi, ruang sidang, halaman parkir
i)
Kegunaan
tertentu, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk. Makna gramatikal ‘kegunaan’ ini
akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegunaan dan unsur
kedua memiliki komponen makna tindakan. Misalkan : uang belanja, mobil dinas,
kapal perang
j)
Bentuk,
sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berbentuk. Makna gramatikal ‘bentuk’ ini akan terjadi apabila unsur
pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna bentuk
atau wujud. Misalkan : meja bundar, rumah mungil, kotak persegi
k)
Jenis,
sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata jenis. Makna gramatikal ‘jenis’ ini akan terjadi apabila unsur
pertama memiliki komponen makna benda generik dan unsur kedua memiliki komponen
makna benda spesifik. Misalkan : mobil sedan, pisau lipat, ayam petelur, ikan
kakap
l)
Keadaan,
sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata keadaan. Makna gramatikal ‘keadaan’ ini akan terjadi apabila unsur
pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki komponen makna keadaan.
Misalkan : mobil rusak, daerah kumuh, anak malas, buku tipis, ban kempes
m)
Seperti
atau menyerupai, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau serupa. Makna gramatikal ‘seperti’
ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda buatan dan
unsur kedua memiliki komponen makna ciri khas benda. Misalkan : gula pasir,
akar rambut, kopi bubuk, garam bata
n)
Jender
atau jenis kelamin, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata berkelamin. Makna gramatikal ‘gender’
ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna makhluk dan
unsur kedua memiliki komponen makna gender. Misalkan : ayam jantan, sapi
betina, atlet putri
o)
Model,
sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata model. Makna gramatikal ‘model’ ini akan terjadi apabila unsur pertama
memiliki komponen makna benda buatan dan unsur kedua memiliki komponen makna ciri
khas dari sesuatu. Misalkan : celana jengki, topi koboi, rambut prajurit
p)
Memakai
atau menggunakan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata memakai. Makna gramatikal ‘memakai’ ini
akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda alat dan unsur
kedua memiliki komponen makna benda yang digunakan. Misalkan : kapal layar,
mesin uap, mesin diesel, topi haji
q)
Yang
di...., sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang di... Makna gramatikal ‘yang di...’
ini akan terjadi apabila unsur pertama memiliki komponen makna perlakuan
terhadap unsur pertama. Misalkan : anak angkat, ayam goreng, roti bakar, nasi
kukus, tempe bacem
r)
Ada
di..., sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata di. Makna gramatikal ini akan terjadi
apabila unsur pertama memiliki komponen makna kegiatan dan unsur kedua memiliki
komponen makna ruang atau tempat. Misalkan : bajak laut, kapal udara, uang
muka, penjaga gawang
s)
Yang
(biasa) melakukan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang melakukan atau yang mengerjakan. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur
pertama memiliki komponen makna pelaku dan unsur kedua memiliki komponen tindakan
atau kegiatan. Misalkan : jago balap, jago makan, juru bayar, juru parkir, juru
bicara
t)
Wadah
atau tempat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata wadah atau tempat. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama
memiliki komponen makna wadah dan unsur kedua memiliki komponen makna benda berwadah.
Misalkan : kaleng cat, botol kecap,kotak uang, tabung gas, kaleng susu
u)
Letak
atau posisi, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata di.... Makna gramatikal ini akan terjadi
apabila unsur pertama memiliki komponen makna benda dan unsur kedua memiliki
komponen makna posisi. Misalkan : pintu depan, kamar tengah, pintu samping,
ruang dalam
v)
Mempunyai
atau dilengkapi dengan, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata mempunyai atau dilengkapi dengan. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur
pertama memiliki komponen makna benda alat dan unsur kedua memiliki komponen
makna pelengkap. Misalkan : kursi roda, rumah tingkat, sepeda motor
w)
Jenjang,
tahap, atau, tingkat, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata tahap atau tingkat. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur pertama
memiliki komponen makna kegiatan dan unsur kedua memiliki komponen makna tahap
atau tingkatan. Misalkan : sekolah dasar, bagian pengantar, sekolah tinggi,
penelitian lanjut
x)
Rasa
atau bau, sehingga diantara kedua unsurnya dapat disisipkan kata rasanya atau yang baunya. Makna gramatikal ini akan terjadi apabila unsur
pertama memiliki komponen makna benda rasa atau benda bau dan unsur kedua
memiliki komponen makna rasa atau bau. Misalkan : kacang asin, gulai pedas,
sayur asam
2)
Komposisi
Nominal Bermakna Idiomatik
Ada sejumlah komposisi nominal
memiliki makna idiomatik, baik berupa idiom penuh maupun idiom sebagian. Yang
berupa idiom penuh artinya seluruh komposisi itu memiliki makna yang tidak
dapat diprediksi secara leksikal maupun secara gramatikal ( Abdul Chaer : 2008
: 222 ).
Contoh :
-
Ayah
ibu → orang tua
-
Kambing
hitam → orang yang dipersalahkan dalam satu perkara
-
Meja
hijau → pengadilan
Komposisi
yang berupa idiom sebagian adalah yang salah satu unsurnya masih memiliki makna
leksikal, seperti pada kata daerah hitam,
pakaian kebesaran, koran kuning, dan gaji buta dimana salah satu diantara
unsurnya masih bermakna leksikal yaitu pada kata daerah, pakaian, koran, dan gaji
( Abdul Chaer:2008:223).
( Abdul Chaer:2008:223).
3)
Komposisi
Nominal Metaforis
Ada sejumlah komposisi nominal yang
salah satu unsurnya digunakan secara metaforis, yakni dengan mengambil salah
satu komponenmakna yang dimiliki oleh unsur tersebut. Umpamanya unsur kaki pada komposisi kaki gunung diberi makna metaforis dari komponen makna kaki, yaitu terletak pada bagian bawah.
Sedangkan pada komposisi kaki meja
diberi makna metaforis dari komponen makna kaki
yaitu penunjang berdirinya tubuh (
Abdul Chaer : 2008 : 223 ).
4)
Komposisi
Nominal Nama dan Istilah
Ada sejumlah komposisi nominal yang
berupa nama atau istilah. Sebagai nama atau istilah komposisi ini tidak
bermakna gramatikal, tidak bermakna idiomatik, juga tidak bermakna metaforis (
Abdul Chaer : 2008 : 224 ).
Contoh :
Nama → Hotel Indonesia, Apotik Rino, Jalan
Jagorawi, Tanah Abang, Kota Bekasi
Istilah → buku ajar, lepas landas, suku
cadang,anak angkat, rumah tangga, pagar ayu
5)
Komposisi
Nominal dengan Adverbia
Ada sejumlah komposisi nominal yang dibentuk dari
kelas adverbial dan kelas nominal. Makna komposisi jenis ini ditentukan oleh
makna ‘leksikal’ dari kata adverbia itu. Adverbia yang mendampingi nomina
adalah adverbia yang menyatakan negasi, yaitu bukan, tiada, dan tanpa;
dan adverbia yang menyatakan jumlah, yaitu beberapa,
banyak, sedikit, sejumlah, jarang, kurang ( Abdul Chaer : 2008 : 224 ).
Contoh : sejumlah uang, tanpa air, beberapa
siswa,kurang semen,belum pulang
B. Komposisi
verbal
Komposisi
verbal adalah komposisi yang pada satuan klausa berkategori verbal. Misalnya
komposisi ;
menyanyi → mereka menyanyi sepanjang malam
menyanyi → mereka menyanyi sepanjang malam
datang
menghadap → dia datang menghadap
kepala sekolah
( Abdul Chaer : 2008 : 225 ).
( Abdul Chaer : 2008 : 225 ).
Komposisi
verbal dapat dibentuk dari dasar :
a. Verba
+ verba, seperti menyanyi menari, duduk termenung, makan minum.
b. Verba
+ nomina, seperti gigit jari, membanting tulang, lompat galah.
c. Verba
+ adjektifa, seperti lompat tinggi, lari cepat, terbaring gelisah.
d. Adverbia
+ verba, seperti sudah makan, belum ketemu, masih tidur.
1)
Komposisi
Verbal Bermakna Gramatikal
Dalam
proses pembentukan komposisi verbal muncul beberapa makna gramatikal, antara
lain :
a) Gabungan biasa, sehingga di anatra kedua unsurnya dapat disispkan kata dan.
a) Gabungan biasa, sehingga di anatra kedua unsurnya dapat disispkan kata dan.
Makna gramatikal ini dapat terjadi
apabila :
-
Kedua unsurnya memiliki komponen yang sama.
Contohnya : bujuk rayu, caci maki,gelak
tawa, turut serta, tegur sapa
- Kedua unsurnya merupakan anggota dari
satu medan makna.
Contohnya : belajar mengajar, makan
minum, baca tulis, tanya jawab
- Kedua unsurnya merupakan pasangan
berantonim.
Contohnya : jual beli, jatuh bangun,
maju mundur, pulang pergi, bongkar pasang
b) Gabungan mempertentangkan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Sambil, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil.
d) Lalu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata untuk.
f) Dengan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata dengan.
g) Secara, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara.
b) Gabungan mempertentangkan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Sambil, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sambil.
d) Lalu, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata lalu.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata untuk.
f) Dengan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat di sisipkan kata dengan.
g) Secara, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata secara.
h) Alat,
sehingga
di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menggunakan.
i) Waktu,
sehingga
di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata waktu.
j) Karena, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena.
k) Terhadap, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan.
l) Menjadi, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi.
m) Sehingga, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai.
n) Menuju, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju.
o) Arah kedatangan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
p) Seperti, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai
j) Karena, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata karena.
k) Terhadap, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata terhadap atau akan.
l) Menjadi, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata menjadi.
m) Sehingga, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata sehingga atau sampai.
n) Menuju, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata ke atau menuju.
o) Arah kedatangan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata dari.
p) Seperti, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti atau sebagai
(
Abdul Chaer : 2008 : 226 ).
2)
Komposisi
Verbal Bermakna Idiomatikal
Komposisi
verbal bermakna idiomatikal adalah komposisi yang maknanya tidak dapat
ditelusuri atau diprediksi baik secara leksikal maupun gramatikal.
Misalnya makan garamdalam arti
‘pengalaman’, makan kerawat dalam arti ‘sangat miskin’, gigit
jari dalam arti ‘tidak mendapatkan apa-apa’, mengukir langit dalam arti
‘mengkhayal’, pulang nama dalam arti ‘meninggal ditempat lain’, main sabun
dalam arti ‘bermain curang’, dan duduk perut dalam arti ‘hamil’ ( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
3)
Komposisi
Verbal dengan Adverbia
Verba
sebagai pengisi fungsi predikat dalam sebuah klausa seringkali didampingi oleh
sebuah adverbia atau lebih ( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
Adverbia
pendamping adalah:
a) Adverbia
negasi: tidak, tak tanpa.
b) Adverbia
kala: sudah, sedang, tengah lagi, akan.
c) Adverbia
keselesaian: sudah , sedang , tengah, belum.
d) Adverbia
aspectual: boleh wajib, harus, dapat, ingin , mau.
e) Adverbial
frekuensi : sering , jarang, pernah, acapkali.
f) Adverbial
kemungkinan: mungkin, pasti, barang kali, boleh jadi.
C. Komposisi
ajektival
Komposisi
adjektiva adalah komposisi yang pada satuan klausa, berkategori adjektiva atau
kata sifat ( Abdul Chaer : 2008 :
232 ).
Komposisi adjektiva dapat dibentuk dari dasar:
a) Adjektiva + adjektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
b) Adjektiva + nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
c) Adjektiva + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
d) Adverbia + adjektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat menyenangkan.
Komposisi adjektiva dapat dibentuk dari dasar:
a) Adjektiva + adjektiva, seperti tua muda, besar kecil, putih abu-abu.
b) Adjektiva + nomina, seperti merah darah, keras hati, biru laut.
c) Adjektiva + verba, seperti takut pulang, malu bertanya, berani pulang.
d) Adverbia + adjektiva, seperti, tidak takut, agak malu, sangat menyenangkan.
1)
Komposisi
Ajektival Bermakna Gramatikal
a) Gabungan biasa, sehingga di antara
kedua unsurnya dapat disisipkan kata dan.
b) Alternatif atau pilihan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Seperti , sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti.
d) Serba, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk.
f) Kalau, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau.
( Abdul Chaer : 2008 : 232 ).
b) Alternatif atau pilihan, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata atau.
c) Seperti , sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata seperti.
d) Serba, makna gramatikal ini dapat diperoleh apabila kedua unsurnya berupa dasar yang sama dan memiliki komponen makna yang sama.
e) Untuk, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata untuk.
f) Kalau, sehingga di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata kalau.
( Abdul Chaer : 2008 : 232 ).
2)
Komposisi
Ajektival Bermakna Idiomatikal
Ada
sejumlah komposisi ajektival bermakna idiomatikal, yakni makna yang tidak dapat
diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Misalnya panjang usus dalam arti
‘sabar’, tinggi hati dalam arti ‘angkuh’, tinggi rezeki dalam arti ‘sukar
mendapat rezeki’, keras hati dalam arti ‘bersungguh-sungguh’, keras kepala
dalam arti ‘tidak mau menurut nasehat’, bengkok akal dalam arti ‘ klicik dan
tidak bisa dipercaya’
( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
( Abdul Chaer : 2008 : 234 ).
3)
Komposisi
Ajektival dengan Adverbial
Hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi adjektival, yaitu:
Hanya ada dua macam adverbial yang mendampingi ajektiva untuk membentuk komposisi adjektival, yaitu:
- Adverbial negasi: tidak.
Contohnya : tidak bagus, tidak baik,
tidak belok, tidak lurus, tidak beraturan
- Adverbia derajat: agak, sama, lebih, kurang,
sangat, amat, sekali
Contohnya : agak tinggi, sama panjang,
lebih cantik, kurang pintar, sangat jelek
(
Abdul Chaer : 2008 : 234 ).