Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor
penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan
dalam masyarakat terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak (Badara, 2012:29), analisis
wacana kritis menyelidiki bagaimana penggunaan bahasa kelompok sosial yang ada
saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Berikut ini disajikan
karakteristik penting dari analisis wacana kritis yang disarikannya oleh
Eriyanto dari tulisan Van Dijk, Fairclough, dan Wodak:
1. Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah
tindakan. Dengan pemahaman semacam itu wacana diasosiasikan sebagai bentuk
interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal.
Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk memengaruhi,
mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan sebagainya. Seseorang berbicara
atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Selain itu,
wacana juga dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar,
terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar
kesadaran.
2. Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks
wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana dalam hal ini
diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Merujuk
pada pandangan Cook (Badara, 2012:30), analisis wacana juga memeriksa konteks
dari komunikasi: siapa yang mengomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam
jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe
dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing. Studi
mengenai bahasa di sini memasukkan konteks, karena bahasa selalu berada dalam
konteks dan tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan, interteks, situasi,
dan sebagainya. Meskipun demikian, tidak semua konteks dimasukkan dalam
analisis, hanya yang relevan dan berpengaruh atas produksi dan penafsiran teks
yang dimasukkan ke dalam analisis.
3. Histori
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu
berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti
tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek yang penting
untuk bisa mengerti suatu teks ialah dnegan menempatkan wacana tersebut dalam
konteks historis tertentu. Misalnya, kita melakukan analisis wacana teks
selebaran mahasiswa yang menentang Suharto. Pemahaman mengenai wacana teks
tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita dapat memberikan konteks historis
di mana teks tersebut dibuat; misalnya, situasi sosial politik, suasana pada
saat itu.
4. Kekuasaan
Di dalam analisis wacana kritis juga dipertimbangkan
elemen kekuasaan di dalam analisisnya. Setiap wacana yang muncul, dalam bentuk
teks, percakapan atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah,
wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep
kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dan masyarakat.
Misalnya, kekuasaan laki-laki dalam wacana mengenai seksisme atau kekuasaan
perusahaan yang berbentuk dominasi pengusaha kelas atas kepada bawahan.
5. Ideologi
Ideologi memiliki dua pengertian yang bertolak
belakang. Secara positif, ideologi dipersepsi sebagai suatu pandangan dunia
yang menyatakan nilai kelompok sosial tertentu untuk membela dan memajukan
kepentingan-kepentingan mereka. Adapun secara negatif, ideologi dilihat sebagai
suatu kesadaran palsu, yaitu suatu kebutuhan untuk melakukan penipuan dengan
cara memutarbalikkan pemahaman orang mengenai realitas sosial. Sebuah teks tidak
pernah lepas dari ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke
arah suatu ideologi.
B.
Analisis Wacana Kritis (AWK) Model Norman Fairclough
Norman Fairclough (Badara, 2012:26) mengemukakan
bahwa wacana merupakan sebuah praktik sosial dan membagi analisis wacana ke
dalam tiga dimensi yaitu text, discourse practice, dan sosial practice. Text
berhubungan dengan linguistik, misalnya dengan melihat kosakata, semantik, dan
tata kalimat, juga koherensi dan kohesivitas, serta bagaimana antarsatuan
tersebut membentuk suatu pengetian. Discourse practice merupakan dimensi yang
berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks; misalnya, pola kerja,
bagan kerja, dan rutinitas saat menghasilkan berita. Social practice, dimensi
yang berhubungan dengan konteks di luar teks; misalnya konteks situasi atau
konteks dari media dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya politik
tertentu.
Berdasarkan hal di atas, maka dirumuskanlah suatu
pengertian analisis wacana yang bersifat kritis yaitu suatu pengkajian secara
mendalam yang berusaha mengungkapkan kegiatan, pandangan, dan identitas
berdasarkan bahasa yang digunakan dalam wacana. Analisis wacana menggunakan
pendekatan kritis memperlihatkan ketepaduan: (a) analisis teks; (b) analisis
proses, produksi, konsumsi, dan distribusi teks; serta (c) analisis
sosiokultural yang berkembang di sekitar wacana itu.
Pendekatan
Fairclough dalam menganalisa teks berusaha menyatukan tiga tradisi yaitu
(Jorgensen dan Phillips, 2007:124):
a. Analisis tekstual yang terinci di bidang
linguistik;
b. Analisis makro-sosiologis praktik sosial
(termasuk teori Fairclough, yang tidak menyediakan metodologi untuk teks-teks
khusus);
c. Tradisi interpretatif dan mikro-sosiologis
dalam sosiologi (termasuk etnometodologi dan analisa percakapan) dimana
kehidupan sehari-hari diperlakukan sebagai produk tindakan seseorang. Tindakan
tersebut mengikuti sederet prosedur dan “kaidah akal sehat”.
Model
Norman Fairclough (Eriyanto, 2001: 286) membagi analisis wacana kritis ke dalam
tiga dimensi, yakni:
1. Dimensi Tekstual (Mikrostruktural)
Setiap teks secara bersamaan memiliki tiga fungsi,
yaitu representasi, relasi, dan identitas. Fungsi representasi berkaitan dengan
cara-cara yang dilakukan untuk menampilkan realitas sosial ke dalam bentuk
teks. Analisis dimensi teks meliputi bentuk-bentuk tradisional analisis
linguistik – analisis kosa kata dan semantik, tata bahasa kalimat dan
unit-unit lebih kecil, dan sistem suara (fonologi) dan sistem tulisan.
Fairclough menadai pada semua itu sebagai ‘analisis linguistik’, walaupun hal
itu menggunakan istilah dalam pandangan yang diperluas. Ada beberapa bentuk
atau sifat teks yang dapat dianalisis dalam membongkar makna melalui dimensi
tekstual, diantaranya:
a. Kohesi dan Koherensi
Analisis ini ditujukan untuk menunjukkan cara klausa
dibentuk hingga menjadi kalimat, dan cara kalimat dibentuk hingga membentuk
satuan yang lebih besar. Jalinan dalam analisis ini dapat dilihat melalui
penggunaan leksikal, pengulangan kata (repetisi), sinonim, antonim, kata ganti,
kata hubung, dan lain-lain.
b. Tata Bahasa
Analisis tata bahasa merupakan bagian yang sangat
penting dalam analisis wacana kritis. Analisis tata bahasa dalam analisis
kritis lebih ditekankan pada sudut klausa yang terdapat dalam wacana. Klausa
ini dianalisis dari sudut ketransitifan, tema, dan modalitasnya. Ketransitifan
dianalisis untuk mengetahui penggunaan verba yang mengonstruksi klausa apakah
klausa aktif atau klausa pasif, dan bagaimana signifikasinya jika menggunakan
nominalisasi. Penggunaan klausa aktif, pasif, atau nominalisasi ini berdampak
pada pelaku, penegasan sebab, atau alasan-alasan pertanggungjawaban dan
lainnya. Contoh penggunaan klausa aktif senantiasa menempatkan pelaku
utama/subjek sebagai tema di awal klausa. Sementara itu, penempatan klausa
pasif dihilangkan. Pemanfaatan bentuk nominalisasi juga mampu membiaskan baik
pelaku maupun korban, bahkan keduanya.
Tema merupakan analisis terhadap tema yang tertujuan
untuk melihat strkutur tematik suatu teks. Dalam analisis ini dianalisis tema
apa yang kerap muncul dan latar belakang kemunculannya. Representasi ini
berhubungan dengan bagian mana dalam kalimat yang lebih menonjil dibandingkan
dengan bagian yang lain. Sedangkan modalitas digunakan untuk menunjukkan
pengetahuan atau level kuasa suatu ujaran. Fairclough melihat modalitas sebagai
pembentuk hubungan sosial yang mampu menafsirkan sikap dan kuasa. Contoh:
penggunaan modalitas pada wacana kepemimpinan pada umumnya akan didapati
mayoritas modalitas yang memiliki makna perintah dan permintaan seperti
modalitas mesti, harus, perlu, hendaklah, dan lain-lain.
c. Diksi
Analisis yang dilakukan terhadap kata-kata kunci
yang dipilih dan digunakan dalam teks. Selain itu dilihat juga metafora yang
digunakan dalam teks tersebut. Pilihan kosakata yang dipaaki terutama
berhubungan dengan bagaimana peristiwa, seseorang, kelompok, atau kegiatan
tertentu dalam satu set tertentu. Kosakata ini akan sangat menentukan karena
berhubungan dengan pertanyaan bagaimana realitas ditandakan dalam bahasa dan
bagaimana bahasa pada akhirnya mengonstruksi realitas tertentu. Misalnya
pemilihan penggunaan kata untuk miskin, tidak mampu, kurang mampu, marjinal,
terpinggirkan, tertindas, dan lain-lain.
2.
Dimensi Kewacanan (Mesostruktural)
Dimensi kedua yang dalam kerangka analisis wacana
kritis Norman Fairclough ialah dimensi kewacanaan (discourse practice). Dalam
analisis dimensi ini, penafsiran dilakukan terhadap pemrosesan wacana yang
meliputi aspek penghasilan, penyebaran, dan penggunaan teks. Beberapa dari
aspek-aspek itu memiliki karakter yang lebih institusi, sedangkan yang lain
berupa proses-proses penggunaan dan penyebaran wacana. Berkenaan dengan
proses-proses institusional, Fairclough merujuk rutinitas institusi seperti
prosedur-prosedur editor yang dilibatkan dalam penghasilan teks-teks media.
Praktik wacana meliputi cara-cara para pekerja media memproduksi teks. Hal ini
berkaitan dengan wartawan itu sendiri selaku pribadi; sifat jaringan kerja
wartawan dengan sesama pekerja media lainnya; pola kerja media sebagai
institusi, seperti cara meliput berita, menulis berita, sampai menjadi berita
di dalam media. Fairclough mengemukakan bahwa analisis kewacananan berfungsi
untuk mengetahui proses produksi, penyebaran, dan penggunaan teks. Dengan
demikian, ketiga tahapan tersebut mesti dilakukan dalam menganalisis dimensi
kewacanan.
a. Produksi Teks
Pada tahap ini dianalisis pihak-pihak yang terlibat
dalam proses produksi teks itu sendiri (siapa yang memproduksi teks). Analisis
dilakukan terhadap pihak pada level terkecil hingga bahkan dapat juga pada
level kelembagaan pemilik modal. Contoh pada kasus wacana media perlu dilakukan
analisis yang mendalam mengenai organisasi media itu sendiri (latar belakang
wartawan redaktur, pimpinan media, pemilik modal, dll). Hal ini mengingat kerja
redaksi adalah kerja kolektif yang tiap bagian memiliki kepentingan dan
organisasi yang berbeda-beda sehingga teks berita yang muncul sesungguhnya
tidak lahir dengan sendirinya, tetapi merupakan hasil negosiasi dalam ruang
redaksi.
b. Penyebaran Teks
Pada tahap ini dianalisis bagaimana dan media apa
yang digunakan dalam penyebaran teks yang diproduksi sebelumnya. Apakah
menggunakan media cetak atau elektronik, apakah media cetak koran, dan
lain-lain. Perbedaan ini perlu dikaji karena memberikan dampak yang berbeda
pada efek wacana itu sendiri mengingat setiap media memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Contoh: pada kasus wacana media wacana yang
disebarkan melalui televisi dan koran memberi efek/dampak yang berbeda terhadap
kekuatan teks itu sendiri. Televisi
melengkapi dirinya dengan gambar dan suara, namun memiliki keterbatasan waktu.
Sementara itu koran tidak memiliki kekuatan gambar dan suara, tapi memiliki kekekalan
waktu yang lebih baik dibandingkan televisi.
c. Konsumsi Teks
Dianalisis pihak-pihak yang menjadi sasaran
penerima/pengonsumsi teks. Contoh pada kasus wacana media perlu dilakukan
analisis yang mendalam mengenai siapa saja pengonsumsi media itu sendiri.
setiap media pada umumnya telah menentukan “pangsa pasar”nya masing-masing.
3.
Dimensi Praktis Sosial-Budaya (Makrostruktural)
Dimensi ketiga adalah analisis praktik sosiobudaya
media dalam analisis wacana kritis Norman Fairclough merupakan analisis tingkat
makro yang didasarkan pada pendapat bahwa konteks sosial yang ada di luar media
sesungguhnya memengaruhi bagaimana wacana yang ada ada dalam media. Ruang
redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau ruang kosong yang steril, tetapi
juga sangat ditentukan oleh faktor-faktor di luar media itu sendiri. Praktik
sosial-budaya menganalisis tiga hal yaitu ekonomi, politik (khususnya berkaitan
dengan isu-isu kekuasaan dan ideologi) dan budaya (khususnya berkaitan dengan
nilai dan identitas) yang juga mempengaruhi istitusi media, dan wacananya. Pembahasan
praktik sosial budaya meliputi tiga tingkatan Tingkat situasional, berkaitan
dengan produksi dan konteks situasinya Tingkat institusional, berkaitan dengan
pengaruh institusi secara internal maupun eksternal. Tingkat sosial, berkaitan
dengan situasi yang lebih makro, seperti sistem politik, sistem ekonomi, dan
sistem budaya masyarakat secara keseluruhan. Tiga level analisis sosiocultural
practice ini antara lain:
a. Situasional
Setiap teks yang lahir pada umumnya lahir pada
sebuah kondisi (lebih mengacu pada waktu) atau suasana khas dan unik. Atau
dengan kata lain, aspek situasional lebih melihat konteks peristiwa yang
terjadi saat berita dimuat.
b. Institusional
Level ini melihat bagaimana persisnya sebuah
pengaruh dari institusi organisasi pada praktik ketika sebuah wacana
diproduksi. Institusi ini bisa berasal dari kekuatan institusional aparat dan
pemerintah juga bisa dijadikan salah satu hal yang mempengaruhi isi sebuah
teks.
c. Sosial
Aspek sosial melihat lebih pada aspek mikro seperti
sistem ekonomi, sistem politik, atau sistem budaya masyarakat keseluruhan.
Dengan demikian, melalui analisis wacana model ini, kita dapat mengetahui inti
sebuah teks dengan membongkar teks tersebut sampai ke hal-hal yang mendalam.
Ternyata, sebuah teks pun mengandung ideologi tertentu yang dititipkan
penulisnya agar masyarakat dapat mengikuti alur keinginan penulis teks
tersebut. Namun, ketika melakukan analisis menggunakan model ini kita pun harus
berhati-hati jangan sampai apa yang kita lakukan malah menimbulkan fitnah
karena tidak berdasarkan sumber yang jelas.
ANALISIS
WACANA KRITIS MODEL VAN DJIK
Wacana
merupakan wujud komunikasi verbal. Dari segi bentuk bahasa yang dipakai wacana
terbagi dua, yakni wacana lisan dan wacana tulis. Wacana lisan (ujaran)merupakan
wujud komunikasi lisan yang melibatkan pembaca dan penyimak, sedangkan wacana
tulis (teks) merupakan wujud komunikasi tulis yang melibatkan penulis dan
pembaca. Aktivitas penyapa (pembicara/penulis) bersifat
produktif(Menghasilkan), ekspesif, kreatif, sedangkan akktivitas pesapa
(pendengar/pembaca) bersifat reseptif(menerima). Aktivitas di dalam diri pesapa
bersifat internal sedangkan hubungan penyapa dan pesapa bersifat interpersonal
(Sudaryat, 2009:106).
Wacana
(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana dapat
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel,buku, seri ensiklopedia,
dan sebagainya) atau dapat pula disajikan dalam bentuk karangan yang bersifat
membujuk (persuasi) contohnya iklan. Tarigan (1993:23) mengatakan istilah
wacana dipergunakan untuk mencakup bukan hanya percakapan atau obrolan, tetapi
juga pembicaraan dimuka umum, tulisan serta upaya-upaya formal seperti laporan
ilmiah dan sandiwara atau lakon.
Menurut
Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat
atau di atas klausa. Dengan perkataan lain, unit-unit linguistik yang lebih
besar daripada kalimat/kalusa seperti pertukaran-pertukaran percakapan atau
teks-teks tertulis disebut wacana. Secara singkat apa yang disebut teks bagi
wacana adalah kalimat bagi ujaran (utterance). Doeso (dalam Tarigan, 1993:25)
berpendapat wacana adalah seperangkat preposisi yang saling berhubungan untuk
menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Dari
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian wacana adalah
suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan yag dinyatakan secara lisan ataupun
tulisan yang memiliki makna dan konteks di dalamnya.
B. Analisis Sosial
Dalam
dimensi teks, yang diteliti adalah struktur dari teks. Van Djik memanfaatkan
dan mengambil analisis linguistik tentang kosakata, kalimat, proposisi dan
paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks. Kognisi sosial merupakan
dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/
kelompok pembuat teks. Sedangkan analisis sosial melihat bagaimana teks itu
dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang
dalam masyarakat atas suatu wacana. Ketiga dimensi ini dilakukan secara
bersama-sama dalam analisis Van Djik. (Eriyanto,2012:225).
C. Teks
Van
Djik melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang
masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam tiga tingkatan.
Pertama, struktur makro yaitu makna umum dari suatu teks yang dapat diamati
dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan. Kedua, superstruktur yaitu
struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks. Ketiga, struktur
mikro, adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks
yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase dan gambar. Menurut Van
Djik, meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan
satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Struktur
teks dapat digambarkan sebagai berikut:
Struktur
Makro
Makna
global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/ tema yang diangkat oleh
suatu teks.
Superstruktur
Kerangka
suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan.
Struktur
Mikro
Makna
lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya
yang dipakai oleh suatu teks.
Pemakaian
kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami Van Djik
sebagai bagian dari strategi wartawan. Berikut akan diuraikan satu per satu
elemen wacana Van Djik.
Struktur
Wacana
Hal
yang diamati
Elemen
Struktur
Makro
TEMATIK
Tema/
topik yang dikedepankan dalam suatu berita.
Topik
Superstruktur
SKEMATIK
Bagaimana
bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh.
Skema
Struktur
Mikro
SEMANTIK
Makna
yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu
sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.
Latar,
detil, maksud, praanggapan, nominalisasi.
Struktur
Mikro
SINTAKSIS
Bagaimana
kalimat (bentuk, sususnan) yang dipilih.
Bentuk
kalimat, koherensi, ata ganti.
Struktur
Mikro
STILISTIK
Bagaimana
pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.
Leksikon
Struktur
Mikro
RETORIS
Bagaimana
dan dengan cara penekanan dilakukan.
Grafis,
metafora, ekspresi.
1. Tematik
Elemen
tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Topik menggambarkan apa
yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan
konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Gagasan
penting Van Djik, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum (macrorule).
Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik
tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren.
2. Skematik
Teks
atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir.
Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan
diurutkan sesuai hingga membentuk kesatuan arti. Wacana percakapan sehari-hari
misalnya, mempunyai skema salam perkenalan, isi pembicaraan dan salam
perpisahan /penutup. Wacana pengetahuan seperti dalam jurnal atau tulisan
ilmiah juga mempunyai skematik, ditunjukkan dengan skema seperti abstraksi,
latar belakang masalah, tujuan, hipotesis, isi dan kesimpulan.
Menurut
Van Djik arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung
topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan
urutan tertentu.
3. Latar
Latar
merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik(arti) yang ingin
disampaikan. Latar umumnya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang
sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat
wartawan sangat beralasan. Latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang
diajukan dalam suatu teks.
4. Detil
Elemen
wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang.
Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekpresikan sikapnya
dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh wartawan
kadangkala tidak perlu disampaikan secara terbuka, tetapi dari detil bagaimana
yang dikembangkan dan mana yang diberitakan dengan detil yang besar, akan
menggambarkan bagaimana wacana yang dikembangkan oleh media.
5. Maksud
Elemen
maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara
eksplisit dan jelas. Dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana
secara implisit dan tersembunyi wartawan menggunakan praktik bahasa tertentu
untuk menonjolkan basis kebenarannya dan secara implisit pula menyingkirkan
versi kebenaran lain.
6. Koherensi
Koherensi
adalah pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Koherensi
memberi kesan kepada khalayak bagaimana dua fakta diabstraksikan dan
dihubungkan. Koherensi merupakan elemen yang menggambarkan bagaimana peristiwa
dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan.
7. Koherensi kondisional
Koherensi
kondisional di antaranya ditandai dengan ppemakaian anak kalimat sebagai
penjelas. Koherensi ini dalam banyak hal sering kali menggambarkan kepada kita
bagaimana sikap wartawan atas peristiwa, kelompok atau seseorang yang ditulis.
Bagaimana sikap tersebut dilekatkan dan tanpa disadari menggiring pembaca pada
pemahaman atau pemaknaan tertentu.
8. Koherensi pembeda
Koherensi
pembeda berhubungan dengan pertanyaan bagaimana dua peristiwa atau fakta itu
hendak dibedakan.
9. Pengingkaran
Elemen
wacana pengingkaran adalah bentuk praktik wacana yang menggambarkan bagaimana
wartawan menyembunyikan apa yang ingin diekspresikan secara implisit.
Pengingkaran adalah sebuah elemen dimana kita bisa membongkar sikap atau
ekspresi wartawan yang disampaikan secara tersembunyi.
10. Bentuk kalimat
Bentuk
kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,
yaitu prinsip kausalitas.
11. Kata ganti
Elemen
kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu
komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator
untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.
12. Leksikon
Pada
dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata
atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.
13. Praanggapan
Elemen
wacana praangappan (presupposition) merupakan pernyataan yang digunakan untuk
mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan
memberikan presim yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan ini merupakan fakta
yang belum terbukti kebenarannya, tetapi dijadikan dasar untuk mendukung
gagasan tertentu.
14. Grafis
Elemen
ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan (yang
berarti dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam
wacana berita, grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain
dibandingkan tulisan lain. elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto,
gambar, atau tabel untuk mendukung gagasan atau untuk bagian lain yang tidak
ingin ditonjolkan.
15. Metafora
Dalam
suatu wacana, seseorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat
teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornamen
atau bumbu dari suatu berita.
D. Kognisi Sosial
Dalam
pandangan Van Djik, analisis wacana tidk dibatasi hanya pada struktur teks,
karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna,
pendapat, dan ideologi. Bagaimana peristiwa dipahami dan dimengerti didasarkan
pada skema. Van Djik menyebut skema ini sebagai model. Skema dikonseptualisasikan
sebagai struktur mental di mana tercakup di dalamnya bagaimana kita memandang
manusia, peranan sosial, dan peristiwa. Menurut Van Djik, analisis wacana harus
menyertakan bagaimana reproduksi kepercayaan yang menjadi landasan bagaimana wartawan
menciptakan suatu teks berita tertentu. Ada beberapa skema atau model:
§ Skema person
Skema
ini menggambarkan bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain.
bagaimana seseorang wartawan islam, misalnya, memandang dan memahami orang kristen
yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan dia tulis.
§ Skema diri
Skema
ini berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami, dan
digambarkan oleh seseorang.
§ Skema peran
Skema
ini berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan
dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat.
§ Skema peristiwa
Skema
ini barangkali yang paling banyak dipakai, karena hampir tiap hari kita selalu
melihat, mendengar peristiwa yang lalu lalang. Dan setiap peristiwa selalu kita
tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Umumnya, skema peristiwa inilai yang
paling banyak dipakai oleh wartawan.
Salah
satu elemen yang sangat penting dalam proses kognisi sosial selain model adalah
memori. Lewat memori kita bisa berpikir tentang sesuatu dan mempunyai
pengetahuan tentang sesuatu pula.
Kognisi
sosial dan produksi berita
Dalam
pandangan Van Djik, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi
berita. Wacana berita di sini tidak hanya dpahami dalam pengertian sejumlah
struktur tetapi juga bagian dari proses komunikasi yang kompleks. Menurut Van
Djik titik kunci dalam memahami produksi berita adalah dengan meneliti proses
terbentuknya teks. Teks diproduksi dalam suatu proses mental yang melibatkan
strategi tertentu seperti seleksi, reproduksi, penyimpulan dan transformasi.
E. Analisis Sosial
Dimensi
ketiga dari analisis Van Djik adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari
wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu
dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu
hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Menurut Van Djik, dalam
analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting : kekuasaan dan
akses.
1. Praktik kekuasaan
Van
Djik mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh
suatu kelompok (atau anggotanya), satu kelompok untuk mengontrol kelompok(atau
anggota) dari kelompok lain. kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan
atas sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status, dan pengetahuan.
2. Akses mempengaruhi wacana
Analisis
Van Djik, memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di antara
masing-masing kelompok dalam masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar