Menurut Keraf (1995: 7-17) berdasarkan tujuannya,
wacana dapat dibedakanmenjadi lima yaitu: (a) wacana deskripsi, (b) wacana
narasi, (c) wacana persuasi, (d)wacana argumentasi, dan (e) wacana eksposisi. Terdapat pada Yulianik
dalam http://journal.ui.ac.id/upload/artikel(/03Toleransi%20dalam%20jeniswacana_
Yulianik%20dkk. Pdf)
a. Wacana deskripsi.
Wacana deskripsi adalah wacana yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu
seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca
melihat sendiri objek itu. Deskripsi memberi suatu citra mental mengenai
sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang atau sensasi.
Ciri-ciri
karangan deskripsi yaitu:
1.
Berhubungandengan panca indra.
2.
Penggunaan objek didapat dengan pengamatan bentuk, warna serta keadaan objek
secara langsung.
3.
Unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran.
Dilihat
dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitusebagai berikut.
a.
Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkanobjek benda
sesuai kesan/imajinasi si penulis.
Contoh
deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita:
Jam dinding kamar menunjukkan pukul sepuluh
lewatsembilan belas menit. Di luar hujan masih saja turun denganderasnya.Angin
yang menerobos masuk melalui kisi-kisi terasadingin menusuk kulit.Piama yang
melekat di tubuhku tidakbanyak membantu menahan dingin sehingga agar lebih
hangatkupakai lagi jaket tebal. Agak menolong, memang.Akan tetapi, kantuk hebat
datang. Padahal besok aku harusbangun lebih pagi. Akhirnya, daripada melamun
tidak menentu,kuputuskan akan melanjutkan membaca. Aku kembali ke mejabelajar,
kunyalakan kembali lampu belajar dan mulai membacasambil duduk bersandar di
kursi.Tiba-tiba kantuk hebat datang menyerang. Belum lagi selesaikalimat yang
sedang kubaca, buku yang kupegang terlepas daritangan.
Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu
ruanganbersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali belumpernah
kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhiruangan itu, tapi tak seorang pun
yang kelihatan peduli.Kami semua duduk di kursi yang diatur membentuk
sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduktenang, semua
kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang punyang kelihatan peduli pada orang
lain di ruangan itu.
Tidak ada yang ganjil terlihat.Malah terasa suasana
persisseperti di ruang kuliah. Di sebelah kananku ada sebuah pintu,di dekatnya
beberapa jendela kaca. Ada dua baris jendela kaca,masing-masing terdiri atas
empat jendela, yang menyebabkanruangan ini cukup terang. Di atas ruangan,
tergantung di langit-langit,ada empat pasang lampu neon 40 watt.Dinding sebelah
kiri kosong, tidak ada apa-apa di sana. Warnahijau muda dinding itu sudah perlu
dilebur kembali, di sana-sinikelihatan coret-coretan tangan-tangan jahil.
(Dikutip
dari wacana berjudul Banjir, oleh. Ramadhan Syukur dalam
buku:
Menulis secara Populer, karya Ismail Marahimin, 2001)
b.Deskripsi
faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkanobjek berdasarkan urutan
logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh
deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima.Benar, ini dia
kamaryang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.Tepat di
depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotakkecil warna merah jambu.
Sebuah note book kecil dijepitkan padakotak itu, dengan sebuah perintah dalam
bahasa Inggris, WriteYour Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku,
”Masuksaja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan
dan sebuahcermin yang bertuliskan ”Anda manis, Nona.” Di bawahnyamerapat sebuah
meja belajar yang diberi alas kertas berbungabungamerah jambu, dan dilapisi
lagi dengan plastik bening.Di atas meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah
mesin ketik,jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan
danbuku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis
mengerjakanpaper,
pikirku.
(Sumber:
“Kamar Sebuah Asrama,” oleh Ni Made Tuti Marhaeni,
dalam
buku Menulis Secara Populer, karya Ismail Marahimin,
2001)
Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak
langsung,yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbalberupa gambar,
grafik, diagram, dan lain-lain.Apa saja yangtergambarkan dalam bentuk visual
tersebut dapat menjadibahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam
karangandeskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatanterhadap
suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan
menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1)
menentukan objek pengamatan
(2)
menentukan tujuan
(3)
mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4)
menyusun kerangka karangan
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan.
b. Wacana Narasi
Wacana narasi adalah bentuk wacana yang berusaha
menyajikan suatuperistiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak
seolah-olah dialami sendiri oleh para pembaca. Narasi menyajikan peristiwa
dalam sebuah rangkaian peristiwa kecil yang bertalian. Ia mengisahkan sebuah
atau suatu kelompok aksi sedemikian rupa untuk menghasilkan sesuatu yang secara
populer disebut ceritera.adapun ciri-ciri wacana narasi :
1.
Menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas.
2.
Terdapat unsur tokoh yang digambarkan mempunyai perwatakan yang jelas.
3.
Terdapat alur cerita, setting dan konflik.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang
ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu).Penggunaan kata
hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan
harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan
menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1)
menentukan tema cerita
(2)
menentukan tujuan
(3)
mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4)
menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan
waktu.
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan. Kerangka karangan yang bersifat
naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu.Penyajian berdasarkan
urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau
kejadian.Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman,
kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh
wacana narasi
Kejadian yang menggelikan sekaligus menegangkan ini
terjadi pada pertengahan bulan Juli 1993, ketika saya baru masuk bekerja di
sebuah klinik yang terletak di daerah Lemabang, dekat dengan PT Pupuk Sriwijaya
(Pusri). Rumah saya berada di daerah Bukit Besar sehingga membutuhkan waktu
lebih kurang 45 menit untuk pergi dari rumah ataupun pulang daridinas. Saat
itu, rumah saya belum dilewati oleh bus kota jurusan Bukit Besar, karena rute
bus kota pada waktu itu hanya sampai di dekat wilayah Kembang Manis. Jadi,
terpaksa saya turun di simpang empat lampu merah Jl. Kapten Arivai, cukup jauh
dari rumah untuk berjalan pulang. Malam itu, jalanan sangat sepi dan gelap
karena wilayah yang saya lewati adalah TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan
wilayahnya juga masih banyak hutan serta lampu jalan belum dipasang. Akibatnya,
saya sangat takut berjalan pulang ke rumah sendirian.Apalagi kawasan yang saya
lewati merupakan daerah rawan dan angker.Orang-orang yang lewat sering diganggu
kuntilanak, pocong, serta suara wanita menangis.Tetapi, kekhawatiran saya
agaknya terobati karena dari kejauhan saya melihat tiga orang lelaki yang
tampaknya juga baru pulang dari kerja dan jalannya searah denganku. Tanpa pikir
panjang langsung saja saya berlari mendekati dan memanggil mereka, ”Mas ...,
Mas ... tunggu, Mas!” Tapi bukannya mendekat, mereka malah berlari dan
berteriak ketakutan, ”Tolooong ... ada pocong ..., ada pocong ...!” Karena saya
orang yang agak telmi (telat mikir), setelah mendengar itu saya sendiri malah
tambah ketakutan.Sebab, saya juga sangat takut dengan yang namanya setan atau
semacamnya.
Tetapi, makin saya mendekat, tiga lelaki itu tambah
kencang sehingga tidak terkejar lagi oleh saya. Bahkan satu orang dari mereka
nekat memanjat pagar rumah orang lain untuk menyelamatkan diri. Setelah melihat
baju dinas berwarna putih yang saya kenakan, saya baru sadar ternyata yang
mereka kira pocong adalah saya. Dalam hati saya berkata, ”Sialan, kirain ada
pocong beneran. Ternyata yang disangka pocong itu aku. Jangankan mendapat
kawan, mendekat saja orang takut kepada saya.” Setelah saya sampai di rumah dan
menceritakan semuanya kepadaanggota keluarga, spontan mereka tertawa
terbahak-bahak. Bahkan seorang keponakan saya memanggil saya dengan sebutan
’Tante Pocong’. Sejak kejadian itu, tiap kebagian jadwal dinas siang lagi, saat
pulang malam saya tidak pernah memakai baju putih lagi.
c. Wacana Persuasi.
Wacana persuasi adalah suatu bentuk wacana yang
merupakan penyimpangandari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang
lain atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi
orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak
terlalu percaya akan apa yangdikatakan itu. Karena itu persuasi lebih condong
menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang
lain.
d. Wacana argumentasi.
Wacana Argumentasi adalah wacana yang berusaha membuktikan
suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta
mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan
mengajukan bukti-bukti obyek yang diargumentasikan itu. Argumentasi dilihat
dari sudut proses berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan
menurunkan kesimpulan serta menerapkannya pada suatu kasus dalam perdebatan.
Ciri-ciri wacana argumentasi yaitu :
1.
Terdapat pernyataan, idea tau gagasan yang dikemukakan.
2.
Pembenaran berdasarkan fakta dan data yang disampaikan.
Tahapan
menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1)
menentukan tema atau topik permasalahan,
(2)
merumuskan tujuan penulisan,
(3)
mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan
yang mendukung,
(4)
menyusun kerangka karangan, dan
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan
kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat,akibat-sebab, atau pola
pemecahan masalah.
1).
Sebab-akibat
Pola
urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebabberlanjut topik/gagasan
yang menjadi akibat.
Contoh:
a.
Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a)
Jumlah penggunaan kendaraan
b)
Ruas jalan yang makin sempit
c)
Pembangunan jalur busway
b.
Akibat-akibat kemacetan
a)
Terlambat sampai di kantor
b)
Waktu habis di jalan
2).
Akibat-sebab
Pola
urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
dan
dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh
: Menjaga kelestarian hutan
1.
Keadaan hutan kita
2.
Fungsi hutan
3.
Akibat-akibat kerusakan hutan
3).
Urutan Pemecahan Masalah
Pola
urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
masalah
kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh
: Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1.
Pengertian narkoba
2.
Bahaya kecanduan narkoba
a.
pengaruh terhadap kesehatan
b.
pengaruh terhadap moral
c.
ancaman hukumannya
3.
Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4.
Kesimpulan dan saran
Contoh
wacana argumentasi:
Lagi-lagi kecelakaan kereta api terjadi. Kereta api
Citra Jaya tergulingdi Cibatu, Jawa Barat, Sabtu lalu. Pada hari yang sama,
sepur eksekutifArgo Lawu juga anjlok di Banyumas, Jawa Tengah. Ini makin
menunjukkanperkeretaapian kita dalam kondisi gawat.Pemerintah mesti segera membenahinya sebelum
korban jatuh lebih banyak akibat kecelakaan.
Musibah kereta api Argo Lawu tak memakan korban.
Tapi kecelakaankereta Citra Jaya menyebabkan puluhan orang terluka.Daftar
kecelakaanpun bertambah panjang. Dalam kurun waktu empat bulan terakhir
sudahterjadi 10 kali kecelakaan kereta api. Angka ini naik hampir tiga kali
lipatdibanding periode yang sama tahun lalu.Tidaklah salah pernyataan Menteri
Perhubungan Hatta Rajasa kemarinbahwa anjloknya dua sepur itu seharusnya bisa
dideteksi. Tanda-tandaamblesnya tanah di bawah bantalan rel kereta tentu bisa diamati
jauh hari.
Dengan kata lain, semestinya manajemen PT Kereta Api
lebih seriusmengawasi jalur kereta api.Persoalannya, Pak Menteri Cuma melihat
sisi ketidakberesan PT KeretaApi.Yang terjadi sebenarnya pemerintah juga salah
urus perusahaan inisehingga terus merugi. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, Rp
1,4 triliunper tahun. Inilah yang menyebabkan perusahaan milik negara tersebut
taksanggup memberikan layanan yang baik.Kerugian besar muncul karena PT Kereta
Api diwajibkan memeliharajaringan rel di Indonesia. Total duit yang dikeluarkan
untuk perawatanreguler per tahun mencapai Rp 2,1 triliun.
Sementara itu, anggaran daripemerintah hanya Rp 750
miliar.Di luar perawatan rutin, PT Kereta Api jelas tak mampu
lagimenanggungnya.Padahal sebagian besar bantalan rel itu perlu diganti.Dari
total panjang lintasan rel kereta api 4.676 kilometer, separuh lebih berusia di atas 50
tahun. Jangan heran jika banyak bantalan rel yang sudahlapuk. Kondisi ini
sangat mudah membuat kereta api anjlok. Faktanya,sebagian besar kecelakaan
kereta api yang terjadi pada 2001-2006 akibatkurang beresnya rel.Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional tahun lalu menghitungdibutuhkan Rp 6 triliun
untuk menyehatkan kereta api dan jaringan rel.Dalam keadaan anggaran negara
yang sedang tekor, angka itu memangtampak besar. Tapi, kalau pemerintah bisa
menalangi Lapindo Brantas Inc.Sekitar Rp 7,5 triliun buat membangun
infrastruktur di Porong Sidoarjo,kenapa untuk urusan yang ini tidak?
Pemerintah tak perlu ragu mengucurkan dana untuk
pembenahanperkeretaapian. Jika dikelola dengan benar, kereta api sebetulnya
berpotensimenunjang perekonomian. Dengan pengelolaan di bawah standar
pun,setiap tahun kereta api mampu mengangkut 150 juta penumpang dan 5 jutaton
barang. Kalau ditangani lebih baik, jumlah penumpangnya tentu akan jauh meningkat.
Pendapatan PT Kereta Api pun akan bertambah.Membiarkan kereta api berlari di
atas bantalan rel yang lapuk atau takterurus sungguh berbahaya. Jika pemerintah
peduli keselamatan warganya,kondisi perkeretaapian yang amburadul harus segera
dibenahi.
(Dikutip
dari Koran Tempo, 24 April 2007)
e. Wacana Eksposisi.
Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha
menguraikan suatu objek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk
menjelaskan wujud dan hakekat suatu obyek. Penjenisan wacana dari pendapat
tersebut, dapat disimpulkan ada empat, yaitu berdasarkan : media penyampaian, jumlah penutur, sifat, dan
tujuannya. Dalam penelitian ini penulis membatasi penggunaan teori wacana hanya
berdasarkan tujuannya yaitu wacana deskriptif.
Ciri-ciri
wacana eksposisi yaitu:
1.
Memberikan informasi kepada pembaca.
2.
Adanya fakta dan informasi.
3.
Berfungsi untuk memperjelas apa yang akan disampaikan.
Karangan eksposisibiasanya digunakan pada karya-karya
ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahuntuk seminar, simposium, atau
penataran.Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarangeksposisi
menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram,tabel, atau bagan
dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian
proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan polapengembangan ilustrasi,
definisi, dan klasifikasi.
Berikut
contoh-contoh pengembangan karangan eksposisi:
a.
Contoh eksposisi dengan pengembangan ilustrasi
Kepemimpinan seorang Bapak dalam rumah tangga
baknakhoda mengemudikan kapal.Bapak menjadi kepala keluargayang bertanggung
jawab terhadap istri dan keluarganya.Samaseperti nakhoda yang mampu memimpin
dan melaksanakan tugasdan tanggung jawabnya. Bila kepemimpinan kepala
keluargabaik, akan baiklah keluarga tersebut, sama halnya dengan kapalyang
dikemudikan nakhoda.
b.
Contoh eksposisi dengan pengembangan definisi.
Telepon genggam yang lebih dikenal dengan sebutan
ponsel(telepon seluler) atau HP (hand phone) merupakan alat komunikasiyang
berbentuk kecil serta ringan.Selain mudah digenggam sertadibawa ke mana-mana,
bentuknya yang mungil memudahkanorang untuk berkomunikasi di mana saja
berada.Telepon genggamadalah produk canggih era komunikasi nirkabel, telepon
tanpakabel. Dengan variasi bentuk, merek, dan model yang selalu baru,
jenis
telepon ini banyak diminati berbagai kalangan masyarakat.
c.
Contoh eksposisi dengan pengembangan klasifikasi.
Ada dua jenis tanaman mini.Pertama, tanaman miniyang
bukan asli mini. Bila ditanam di tanah, ia akan tumbuhbesar dan normal seperti
biasa. Bila ditempatkan di pot kecil,pertumbuhannya jadi lambat.Tanaman jenis
ini misalnya,tanaman palem udang, pohon rhapis, pohon asem, beringin,dan jambu
kerikil.Jenis kedua tanaman mini asli yang aslinyamemang kecil.Tanaman ini
kalau ditanam di tanah tidak dapatbesar seperti ukuran biasa (normal). Jika
ditanam di pot kecil, iaakan makin kecil, mungil, dan cantik. Tanaman ini
antara lainagave, chriptanthus panseviera, dan anthurium chrystallium.
Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan
fakta suatuperistiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis
liputanberita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita
dapatmembuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara
kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virusflu furung, mengantisipasi
wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban
banjir.
Contoh
karangan eksposisi dari suatu peristiwa.
Dua pekerja yang tertimbun tanah longsor akhirnya ditemukan
olehpetugas kepolisian setelah sejak kemarin mereka menggali gundukan
pasirsetinggi sepuluh meter.Dari sejak subuh kemarin hingga pukul 03.00
WIBpenggalian terus dilakukan dengan menggunakan backhoe. Penggalianyang
memakan waktu hampir 20 jam itu berakhir saat dua korbanberhasil ditemukan.
Mundari ditemukan dalam keadaan tubuh melingkar.Sementara Itok ditemukan dalam
kondisi mengenaskan.
Tahapan
menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut:
(1)
menentukan objek pengamatan,
(2)
menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3)
mengumpulkan data atau bahan,
(4)
menyusun kerangka karangan, dan
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Menurut
Mulyana (2005: 51-55) jenis-jenis wacana dapat diklasifikasikanmenjadi tiga
bagian yaitu:
a. Berdasarkan Media Penyampaian
Berdasarkan
media penyampaiannya wacana dapat dipilah menjadi dua yaitu :
1) Wacana Tulis
Wacana tulis
(written discourse) adalah jenis
wacana yang disampaikanmelalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih
merupakan media yang sangat efektifdan efisien untuk menyampaikan berbagai
gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atauapapun yang dapat mewakili kreativitas
manusia.
2) Wacana Lisan
Wacana
lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secaralisan atau
langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai
tuturan (speech) atau (utterance). Adanya kenyataan bahwa pada
dasarnya bahasa pertama kali lahir melalui mulut atau lisan.
b. Berdasarkan jumlah penutur
Berdasarkan
jumlah penuturnya, wacana dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
1) Wacana Monolog
Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan
oleh satu orang. Bentukwacana monolog antara lain adalah pidato, pembacaan
puisi, pembacaan berita, dan sebagainya.
2)
Wacana Dialog
Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan
oleh dua orang atau lebih.Jenis wacana ini bisa berbentuk tulis maupun lisan.
Bentuk wacana dialog antara lain dialog ketoprak, lawakan, dan sebagainya.
c. Berdasarkan Sifat
Berdasarkan
sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Wacana Fiksi.
Wacana fiksi adalah yang bentuk dan isinya
berorientasi pada imajinasi.Bahasanya menganut aliran konotatif, analogis, dan
multi interpretabble. Umumnya penampilan
dan rasa bahasanya dikemas secara literal atau estesis (indah), disamping itu
tidak menutup kemungkinan bahwa karya-karya fiksi mengandung fakta, dan bahkan
hampir sama dengan kenyataan. Namun sebagaimana proses kelahiran dan sifatnya,
karya semacam ini tetap termasuk dalam kategori fiktif. Bahasa yang digunakan
wacana fiksi umumnya menganut azas licentia puitica (kebebasan berpuisi) dan
licentia gramatica (kebebasan bergramatika). Wacana fiksi dapat dipilih
menjaditiga jenis yaitu: wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama.
a. Wacana Prosa
Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau
ditulis dalam bentukprosa. Wacana ini dapat berbentuk tulis atau lisan (HG Taarigan, 1987:57). Novel,cerita pendek,
artikel, makalah, buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, danbeberapa
bentuk kertas kerja dapat digolongkan sebagai wacana prosa.
b. Wacana Puisi.
Wacana puisi adalah jenis wacana yang dituturkan
atau disampaikan dalambentuk puisi. Wacana puisi juga dapat berbentuk tulisan
atau lisan. Contoh wacanatulis misalnya puisi dan syair, sedangkan puisi yang
dideklamasiakan dan lagu-lagu merupakan
contoh jenis wacana puisi lisan. Nafas bahasa yang digunakan dan
isinyaberorientasi pada kualitas estetika (keindahan). Lagu, tembang geguritan
(Jawa), dan sejenisnya
merupakan contoh-contoh wacana puisi.
c. Wacana Drama.
Wacana drama adalah jenis wacana yang disampaikan
dalam bentuk drama.Pola yang digunakan umumnya bentuk percakapan atau dialog
oleh karena itu, dalam wacana ini harus ada pembicaraan dan pasangan bicara.
2. Wacana Non Fiksi.
Wacana nonfiksi disebut juga wacana ilmiah. Jenis
wacana ini disampaikandengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.Bahasa yang digunakan bersifat denotative,
lugas, dan jelas. Aspek estetika bukan lagimenjadi tujuan utama. Secara umum
penyampaiannya tidak mengabaikan kaidah-kaidah gramatika bahasa yang
bersangkutan. Beberapa contoh wacana nonfiksi antaralain laporan penelitian,
buku materi perkuliahan, petunjuk mengoperasikan pesawat terbang dan sebagainya.
Fitri
Mulya dalam
http://journal.ui.ac.id/upload/artikel(/03Toleransi%20dalam%20jeniswacana_
Hilman%20dkk. Pdf)
NJ speeds up mobile sports betting and online - JtmHub
BalasHapusNJ speeds 세종특별자치 출장안마 up mobile sports 영주 출장마사지 betting and online sports 아산 출장마사지 betting. The sportsbook will 광양 출장마사지 begin in September, 동해 출장마사지 and launch in November.