Selasa, 10 Juli 2018

JENIS – JENIS WACANA

Menurut Keraf (1995: 7-17) berdasarkan tujuannya, wacana dapat dibedakanmenjadi lima yaitu: (a) wacana deskripsi, (b) wacana narasi, (c) wacana persuasi, (d)wacana argumentasi, dan (e) wacana eksposisi. Terdapat pada Yulianik dalam http://journal.ui.ac.id/upload/artikel(/03Toleransi%20dalam%20jeniswacana_ Yulianik%20dkk. Pdf)
a.       Wacana deskripsi.
Wacana deskripsi adalah wacana yang berusaha menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek itu. Deskripsi memberi suatu citra mental mengenai sesuatu hal yang dialami, misalnya pemandangan, orang atau sensasi.
Ciri-ciri karangan deskripsi yaitu:
1. Berhubungandengan panca indra.
2. Penggunaan objek didapat dengan pengamatan bentuk, warna serta keadaan objek secara langsung.
3. Unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran.
Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitusebagai berikut.
a. Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkanobjek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
Contoh deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita:
Jam dinding kamar menunjukkan pukul sepuluh lewatsembilan belas menit. Di luar hujan masih saja turun denganderasnya.Angin yang menerobos masuk melalui kisi-kisi terasadingin menusuk kulit.Piama yang melekat di tubuhku tidakbanyak membantu menahan dingin sehingga agar lebih hangatkupakai lagi jaket tebal. Agak menolong, memang.Akan tetapi, kantuk hebat datang. Padahal besok aku harusbangun lebih pagi. Akhirnya, daripada melamun tidak menentu,kuputuskan akan melanjutkan membaca. Aku kembali ke mejabelajar, kunyalakan kembali lampu belajar dan mulai membacasambil duduk bersandar di kursi.Tiba-tiba kantuk hebat datang menyerang. Belum lagi selesaikalimat yang sedang kubaca, buku yang kupegang terlepas daritangan.
Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruanganbersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali belumpernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhiruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.Kami semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuahlingkaran, mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduktenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang punyang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.
Tidak ada yang ganjil terlihat.Malah terasa suasana persisseperti di ruang kuliah. Di sebelah kananku ada sebuah pintu,di dekatnya beberapa jendela kaca. Ada dua baris jendela kaca,masing-masing terdiri atas empat jendela, yang menyebabkanruangan ini cukup terang. Di atas ruangan, tergantung di langit-langit,ada empat pasang lampu neon 40 watt.Dinding sebelah kiri kosong, tidak ada apa-apa di sana. Warnahijau muda dinding itu sudah perlu dilebur kembali, di sana-sinikelihatan coret-coretan tangan-tangan jahil.
(Dikutip dari wacana berjudul Banjir, oleh. Ramadhan Syukur dalam
buku: Menulis secara Populer, karya Ismail Marahimin, 2001)
b.Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkanobjek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai tiga kamar nomor tiga-nol-lima.Benar, ini dia kamaryang kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotakkecil warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan padakotak itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, WriteYour Massage! Pada note book itu kubaca pesan untukku, ”Masuksaja, Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuahcermin yang bertuliskan ”Anda manis, Nona.” Di bawahnyamerapat sebuah meja belajar yang diberi alas kertas berbungabungamerah jambu, dan dilapisi lagi dengan plastik bening.Di atas meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik,jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan danbuku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis
mengerjakanpaper, pikirku.
(Sumber: “Kamar Sebuah Asrama,” oleh Ni Made Tuti Marhaeni,
dalam buku Menulis Secara Populer, karya Ismail Marahimin,
2001)
Kita dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung,yaitu dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbalberupa gambar, grafik, diagram, dan lain-lain.Apa saja yangtergambarkan dalam bentuk visual tersebut dapat menjadibahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangandeskripsi karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatanterhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1) menentukan objek pengamatan
(2) menentukan tujuan
(3) mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4) menyusun kerangka karangan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
b.      Wacana Narasi
Wacana narasi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatuperistiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh para pembaca. Narasi menyajikan peristiwa dalam sebuah rangkaian peristiwa kecil yang bertalian. Ia mengisahkan sebuah atau suatu kelompok aksi sedemikian rupa untuk menghasilkan sesuatu yang secara populer disebut ceritera.adapun ciri-ciri wacana narasi :
1. Menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas.
2. Terdapat unsur tokoh yang digambarkan mempunyai perwatakan yang jelas.
3. Terdapat alur cerita, setting dan konflik.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian secara kronologis (urutan waktu).Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1) menentukan tema cerita
(2) menentukan tujuan
(3) mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4) menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan waktu.
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan. Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu.Penyajian berdasarkan urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian.Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh wacana narasi
Kejadian yang menggelikan sekaligus menegangkan ini terjadi pada pertengahan bulan Juli 1993, ketika saya baru masuk bekerja di sebuah klinik yang terletak di daerah Lemabang, dekat dengan PT Pupuk Sriwijaya (Pusri). Rumah saya berada di daerah Bukit Besar sehingga membutuhkan waktu lebih kurang 45 menit untuk pergi dari rumah ataupun pulang daridinas. Saat itu, rumah saya belum dilewati oleh bus kota jurusan Bukit Besar, karena rute bus kota pada waktu itu hanya sampai di dekat wilayah Kembang Manis. Jadi, terpaksa saya turun di simpang empat lampu merah Jl. Kapten Arivai, cukup jauh dari rumah untuk berjalan pulang. Malam itu, jalanan sangat sepi dan gelap karena wilayah yang saya lewati adalah TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan wilayahnya juga masih banyak hutan serta lampu jalan belum dipasang. Akibatnya, saya sangat takut berjalan pulang ke rumah sendirian.Apalagi kawasan yang saya lewati merupakan daerah rawan dan angker.Orang-orang yang lewat sering diganggu kuntilanak, pocong, serta suara wanita menangis.Tetapi, kekhawatiran saya agaknya terobati karena dari kejauhan saya melihat tiga orang lelaki yang tampaknya juga baru pulang dari kerja dan jalannya searah denganku. Tanpa pikir panjang langsung saja saya berlari mendekati dan memanggil mereka, ”Mas ..., Mas ... tunggu, Mas!” Tapi bukannya mendekat, mereka malah berlari dan berteriak ketakutan, ”Tolooong ... ada pocong ..., ada pocong ...!” Karena saya orang yang agak telmi (telat mikir), setelah mendengar itu saya sendiri malah tambah ketakutan.Sebab, saya juga sangat takut dengan yang namanya setan atau semacamnya.
Tetapi, makin saya mendekat, tiga lelaki itu tambah kencang sehingga tidak terkejar lagi oleh saya. Bahkan satu orang dari mereka nekat memanjat pagar rumah orang lain untuk menyelamatkan diri. Setelah melihat baju dinas berwarna putih yang saya kenakan, saya baru sadar ternyata yang mereka kira pocong adalah saya. Dalam hati saya berkata, ”Sialan, kirain ada pocong beneran. Ternyata yang disangka pocong itu aku. Jangankan mendapat kawan, mendekat saja orang takut kepada saya.” Setelah saya sampai di rumah dan menceritakan semuanya kepadaanggota keluarga, spontan mereka tertawa terbahak-bahak. Bahkan seorang keponakan saya memanggil saya dengan sebutan ’Tante Pocong’. Sejak kejadian itu, tiap kebagian jadwal dinas siang lagi, saat pulang malam saya tidak pernah memakai baju putih lagi.
c.         Wacana Persuasi.
Wacana persuasi adalah suatu bentuk wacana yang merupakan penyimpangandari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca, agar para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yangdikatakan itu. Karena itu persuasi lebih condong menggunakan atau memanfaatkan aspek-aspek psikologis untuk mempengaruhi orang lain.
d.      Wacana argumentasi.
Wacana Argumentasi adalah wacana yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti obyek yang diargumentasikan itu. Argumentasi dilihat dari sudut proses berpikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan menurunkan kesimpulan serta menerapkannya pada suatu kasus dalam perdebatan.
 Ciri-ciri wacana argumentasi yaitu :
1. Terdapat pernyataan, idea tau gagasan yang dikemukakan.
2. Pembenaran berdasarkan fakta dan data yang disampaikan.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1) menentukan tema atau topik permasalahan,
(2) merumuskan tujuan penulisan,
(3) mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan yang mendukung,
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat,akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1). Sebab-akibat
Pola urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebabberlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:
a. Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a) Jumlah penggunaan kendaraan
b) Ruas jalan yang makin sempit
c) Pembangunan jalur busway
b. Akibat-akibat kemacetan
a) Terlambat sampai di kantor
b) Waktu habis di jalan
2). Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh : Menjaga kelestarian hutan
1. Keadaan hutan kita
2. Fungsi hutan
3. Akibat-akibat kerusakan hutan
3). Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh : Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1. Pengertian narkoba
2. Bahaya kecanduan narkoba
a. pengaruh terhadap kesehatan
b. pengaruh terhadap moral
c. ancaman hukumannya
3. Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4. Kesimpulan dan saran
Contoh wacana argumentasi:
Lagi-lagi kecelakaan kereta api terjadi. Kereta api Citra Jaya tergulingdi Cibatu, Jawa Barat, Sabtu lalu. Pada hari yang sama, sepur eksekutifArgo Lawu juga anjlok di Banyumas, Jawa Tengah. Ini makin menunjukkanperkeretaapian kita dalam kondisi gawat.Pemerintah mesti segera membenahinya sebelum korban jatuh lebih banyak akibat kecelakaan.
Musibah kereta api Argo Lawu tak memakan korban. Tapi kecelakaankereta Citra Jaya menyebabkan puluhan orang terluka.Daftar kecelakaanpun bertambah panjang. Dalam kurun waktu empat bulan terakhir sudahterjadi 10 kali kecelakaan kereta api. Angka ini naik hampir tiga kali lipatdibanding periode yang sama tahun lalu.Tidaklah salah pernyataan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kemarinbahwa anjloknya dua sepur itu seharusnya bisa dideteksi. Tanda-tandaamblesnya tanah di bawah bantalan rel kereta tentu bisa diamati jauh hari.
Dengan kata lain, semestinya manajemen PT Kereta Api lebih seriusmengawasi jalur kereta api.Persoalannya, Pak Menteri Cuma melihat sisi ketidakberesan PT KeretaApi.Yang terjadi sebenarnya pemerintah juga salah urus perusahaan inisehingga terus merugi. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, Rp 1,4 triliunper tahun. Inilah yang menyebabkan perusahaan milik negara tersebut taksanggup memberikan layanan yang baik.Kerugian besar muncul karena PT Kereta Api diwajibkan memeliharajaringan rel di Indonesia. Total duit yang dikeluarkan untuk perawatanreguler per tahun mencapai Rp 2,1 triliun.
Sementara itu, anggaran daripemerintah hanya Rp 750 miliar.Di luar perawatan rutin, PT Kereta Api jelas tak mampu lagimenanggungnya.Padahal sebagian besar bantalan rel itu perlu diganti.Dari total panjang lintasan rel kereta api 4.676 kilometer, separuh lebih berusia di atas 50 tahun. Jangan heran jika banyak bantalan rel yang sudahlapuk. Kondisi ini sangat mudah membuat kereta api anjlok. Faktanya,sebagian besar kecelakaan kereta api yang terjadi pada 2001-2006 akibatkurang beresnya rel.Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tahun lalu menghitungdibutuhkan Rp 6 triliun untuk menyehatkan kereta api dan jaringan rel.Dalam keadaan anggaran negara yang sedang tekor, angka itu memangtampak besar. Tapi, kalau pemerintah bisa menalangi Lapindo Brantas Inc.Sekitar Rp 7,5 triliun buat membangun infrastruktur di Porong Sidoarjo,kenapa untuk urusan yang ini tidak?
Pemerintah tak perlu ragu mengucurkan dana untuk pembenahanperkeretaapian. Jika dikelola dengan benar, kereta api sebetulnya berpotensimenunjang perekonomian. Dengan pengelolaan di bawah standar pun,setiap tahun kereta api mampu mengangkut 150 juta penumpang dan 5 jutaton barang. Kalau ditangani lebih baik, jumlah penumpangnya tentu akan jauh meningkat. Pendapatan PT Kereta Api pun akan bertambah.Membiarkan kereta api berlari di atas bantalan rel yang lapuk atau takterurus sungguh berbahaya. Jika pemerintah peduli keselamatan warganya,kondisi perkeretaapian yang amburadul harus segera dibenahi.
(Dikutip dari Koran Tempo, 24 April 2007)
e.    Wacana Eksposisi.
Wacana eksposisi adalah wacana yang berusaha menguraikan  suatu objek sehingga memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakekat suatu obyek. Penjenisan wacana dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan ada empat, yaitu berdasarkan :  media penyampaian, jumlah penutur, sifat, dan tujuannya. Dalam penelitian ini penulis membatasi penggunaan teori wacana hanya berdasarkan tujuannya yaitu wacana deskriptif.
Ciri-ciri wacana  eksposisi yaitu:
1. Memberikan informasi kepada pembaca.
2. Adanya fakta dan informasi.
3. Berfungsi untuk memperjelas apa yang akan disampaikan.
Karangan eksposisibiasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahuntuk seminar, simposium, atau penataran.Untuk mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarangeksposisi menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram,tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan polapengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
Berikut contoh-contoh pengembangan karangan eksposisi:
a. Contoh eksposisi dengan pengembangan ilustrasi
Kepemimpinan seorang Bapak dalam rumah tangga baknakhoda mengemudikan kapal.Bapak menjadi kepala keluargayang bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya.Samaseperti nakhoda yang mampu memimpin dan melaksanakan tugasdan tanggung jawabnya. Bila kepemimpinan kepala keluargabaik, akan baiklah keluarga tersebut, sama halnya dengan kapalyang dikemudikan nakhoda.
b. Contoh eksposisi dengan pengembangan definisi.
Telepon genggam yang lebih dikenal dengan sebutan ponsel(telepon seluler) atau HP (hand phone) merupakan alat komunikasiyang berbentuk kecil serta ringan.Selain mudah digenggam sertadibawa ke mana-mana, bentuknya yang mungil memudahkanorang untuk berkomunikasi di mana saja berada.Telepon genggamadalah produk canggih era komunikasi nirkabel, telepon tanpakabel. Dengan variasi bentuk, merek, dan model yang selalu baru,
jenis telepon ini banyak diminati berbagai kalangan masyarakat.
c. Contoh eksposisi dengan pengembangan klasifikasi.
Ada dua jenis tanaman mini.Pertama, tanaman miniyang bukan asli mini. Bila ditanam di tanah, ia akan tumbuhbesar dan normal seperti biasa. Bila ditempatkan di pot kecil,pertumbuhannya jadi lambat.Tanaman jenis ini misalnya,tanaman palem udang, pohon rhapis, pohon asem, beringin,dan jambu kerikil.Jenis kedua tanaman mini asli yang aslinyamemang kecil.Tanaman ini kalau ditanam di tanah tidak dapatbesar seperti ukuran biasa (normal). Jika ditanam di pot kecil, iaakan makin kecil, mungil, dan cantik. Tanaman ini antara lainagave, chriptanthus panseviera, dan anthurium chrystallium.
Karangan eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatuperistiwa, misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputanberita. Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapatmembuatnya menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada tahapan, atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virusflu furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban
banjir.
Contoh karangan eksposisi dari suatu peristiwa.
Dua pekerja yang tertimbun tanah longsor akhirnya ditemukan olehpetugas kepolisian setelah sejak kemarin mereka menggali gundukan pasirsetinggi sepuluh meter.Dari sejak subuh kemarin hingga pukul 03.00 WIBpenggalian terus dilakukan dengan menggunakan backhoe. Penggalianyang memakan waktu hampir 20 jam itu berakhir saat dua korbanberhasil ditemukan. Mundari ditemukan dalam keadaan tubuh melingkar.Sementara Itok ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut:
(1) menentukan objek pengamatan,
(2) menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3) mengumpulkan data atau bahan,
(4) menyusun kerangka karangan, dan
(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Menurut Mulyana (2005: 51-55) jenis-jenis wacana dapat diklasifikasikanmenjadi tiga bagian yaitu:
a.    Berdasarkan Media Penyampaian
Berdasarkan media penyampaiannya wacana dapat dipilah menjadi dua yaitu :
1)  Wacana Tulis
Wacana tulis  (written discourse)  adalah jenis wacana yang disampaikanmelalui tulisan. Sampai saat ini, tulisan masih merupakan media yang sangat efektifdan efisien untuk menyampaikan berbagai gagasan, wawasan, ilmu pengetahuan, atauapapun yang dapat mewakili kreativitas manusia.
2)  Wacana Lisan
Wacana lisan (spoken discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan secaralisan atau langsung dengan bahasa verbal. Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan  (speech) atau  (utterance). Adanya kenyataan bahwa pada dasarnya bahasa pertama kali lahir melalui mulut atau lisan.
b.      Berdasarkan jumlah penutur
Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
1)  Wacana Monolog
Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Bentukwacana monolog antara lain adalah pidato, pembacaan puisi, pembacaan berita, dan sebagainya.
2) Wacana Dialog
Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih.Jenis wacana ini bisa berbentuk tulis maupun lisan. Bentuk wacana dialog antara lain dialog ketoprak, lawakan, dan sebagainya.
c.       Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1.      Wacana Fiksi.
Wacana fiksi adalah yang bentuk dan isinya berorientasi pada imajinasi.Bahasanya menganut aliran konotatif, analogis, dan multi  interpretabble. Umumnya penampilan dan rasa bahasanya dikemas secara literal atau estesis (indah), disamping itu tidak menutup kemungkinan bahwa karya-karya fiksi mengandung fakta, dan bahkan hampir sama dengan kenyataan. Namun sebagaimana proses kelahiran dan sifatnya, karya semacam ini tetap termasuk dalam kategori fiktif. Bahasa yang digunakan wacana fiksi umumnya menganut azas licentia puitica (kebebasan berpuisi) dan licentia gramatica (kebebasan bergramatika). Wacana fiksi dapat dipilih menjaditiga jenis yaitu: wacana prosa, wacana puisi, dan wacana drama.
a.       Wacana Prosa
Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentukprosa. Wacana ini dapat berbentuk tulis atau lisan  (HG Taarigan, 1987:57). Novel,cerita pendek, artikel, makalah, buku, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, danbeberapa bentuk kertas kerja dapat digolongkan sebagai wacana prosa.
b.      Wacana Puisi.
Wacana puisi adalah jenis wacana yang dituturkan atau disampaikan dalambentuk puisi. Wacana puisi juga dapat berbentuk tulisan atau lisan. Contoh wacanatulis misalnya puisi dan syair, sedangkan puisi yang dideklamasiakan dan lagu-lagu merupakan contoh jenis wacana puisi lisan. Nafas bahasa yang digunakan dan isinyaberorientasi pada kualitas estetika (keindahan). Lagu, tembang geguritan (Jawa), dan sejenisnya merupakan contoh-contoh wacana puisi.
c.       Wacana Drama.
Wacana drama adalah jenis wacana yang disampaikan dalam bentuk drama.Pola yang digunakan umumnya bentuk percakapan atau dialog oleh karena itu, dalam wacana ini harus ada pembicaraan dan pasangan bicara.
2.      Wacana Non Fiksi.
Wacana nonfiksi disebut juga wacana ilmiah. Jenis wacana ini disampaikandengan pola dan cara-cara ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.Bahasa yang digunakan bersifat denotative, lugas, dan jelas. Aspek estetika bukan lagimenjadi tujuan utama. Secara umum penyampaiannya tidak mengabaikan kaidah-kaidah gramatika bahasa yang bersangkutan. Beberapa contoh wacana nonfiksi antaralain laporan penelitian, buku materi perkuliahan, petunjuk mengoperasikan pesawat terbang dan sebagainya.
Fitri Mulya dalam http://journal.ui.ac.id/upload/artikel(/03Toleransi%20dalam%20jeniswacana_ Hilman%20dkk. Pdf)

1 komentar:

  1. NJ speeds up mobile sports betting and online - JtmHub
    NJ speeds 세종특별자치 출장안마 up mobile sports 영주 출장마사지 betting and online sports 아산 출장마사지 betting. The sportsbook will 광양 출장마사지 begin in September, 동해 출장마사지 and launch in November.

    BalasHapus