Morfofonemik
atau disebut juga morfonologi atau morfofonologi merupakan kajian mengenai
terjadinya perubahan bunyi atau perubahan fonem sebagai akibat dari adanya
proses morfologi, baik dari proses afiksasi, reduplikasi, maupun proses
komposisi
( Chaer : 43).
Contoh : dalam proses pengimbuhan sufiks { -an } pada kata dasar ‘hari’ akan muncul bunyi [ y ], yang dalam ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapan dituliskan menjadi kata ‘harian → hariyan’
Contoh lain : dalam proses pengimbuhan { -an } + bulan, pada huruf [ n ] akan mengalami pergeseran ke belakang membentuk suku kata baru yakni ‘bulanan’.
( Chaer : 43).
Contoh : dalam proses pengimbuhan sufiks { -an } pada kata dasar ‘hari’ akan muncul bunyi [ y ], yang dalam ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapan dituliskan menjadi kata ‘harian → hariyan’
Contoh lain : dalam proses pengimbuhan { -an } + bulan, pada huruf [ n ] akan mengalami pergeseran ke belakang membentuk suku kata baru yakni ‘bulanan’.
1.
Jenis
perubahan
Beberapa jenis perubahan berkenaan dengan proses morfologi, antara lain :
Beberapa jenis perubahan berkenaan dengan proses morfologi, antara lain :
a)
Pemunculan
fonem, merupakan munculnya fonem ( bunyi ) dalam proses morfologi yang pada
mulanya tidak ada menjadi ada ( Chaer : 43 )
Contoh
: { me- } + bawa → membawa
{ me- } + baca → membaca
{ me- } + baca → membaca
{ me- } + buat → membuat
Pada
ketiga contoh diatas menunjukkan bahwa terdapat pemunculan bunyi sengai yakni {m} yang semula tidak ada.
b)
Pelesapan
fonem, merupakan hilangnya fonem dalam suatu proses morfologi
(
Chaer : 44 )
Contoh
: { ber- } + renang → berenang, yakni menghilangnkan huruf [ r ]
{ -wan } + sejarah → sejarawan, yakni
menghilangkan huruf [ h ]
c)
Peluluhan
fonem, merupakan luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan fonem lain
dalam suatu proses morfologi ( Chaer : 44)
Contoh
: { me- } + sikat → menyikat,
terdapat peluluhan fonem [ s ] pada
kata ‘sikat’ dan disenyawakan dengan
fonem nasal [ ny ] yang ada pada
morfem { me- }
{ pe- } + sikat → penyikat
d)
Perubahan
fonem, merupakan berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi, sebagai akibat
terjadinya proses morfologi ( Chaer : 45)
Contoh
: { ber- } + ajar → belajar, dimana
fonem [ r ] berubah menjadi fonem [ l ]
{ ter- } + anjur → terlanjur, dimana
fonem [r] berubah menjadi fonem [ l ]
e)
Pergeseran
fonem, merupakan berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata ke dalam
suku kata yang lainnya ( Chaer : 45)
Contoh
: { -an } + takar → takaran
{ -an } + tahun → tahunan
{ -an } + puluh → puluhan
pada contoh kata diatas yakni mengalami pergeseran fonem [r], [n], [h] bergeser ke belakang dan bergabung dengan morfem { -an}.
pada contoh kata diatas yakni mengalami pergeseran fonem [r], [n], [h] bergeser ke belakang dan bergabung dengan morfem { -an}.
2.
Morfofonemik
pembentukan kata Bahasa Indonesia
( dikutip dari Chaer : 46-55)
A.
Prefiksasi
{ ber- }
·
Pelesapan
fonem [r] pada prefiks { ber- } terjadi apabila bentuk dasar yang diimbuhi
mulai dengan fonem [r] atau suku pertama bentuk dasarnya berbunyi [ er ]
Contoh : Ber
+ renang → berenang
Ber
+ ragam → beragam
·
Perubahan
fonem [r] pada prefiks { ber- } menjadi fonem [l] terjadi bila bentuk dasarnya
‘ajar’
Contoh : ber
+ ajar → belajar
·
Pengekalan
fonem [r] pada prefiks { ber- } tetap [r] terjadi apabila bentuk dasarnya bukan
yang ada pada a dan b diatas
Contoh : Ber
+ obat → berobat
B.
Prefiksasi
{ me- }
·
Pengekalan
fonem, terjadi apabila bentuk dasarnya berawalan huruf [r], [l], [w], [y], [m],
[n], [n], dan [ny]
Contoh : Me
+ lirik → melirik
Me
+ makan → memakan
·
Penambahan
fonem yaitu penambahan fonem nasal [m], [n], [ng], [nge]. Penambahan fonem
nasal [m] terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan konsonan [b] dan [f].
Contoh : me
+ dengar → mendengar
Me
+ buru → memburu
·
Peluluhan
fonem terjadi apabila prefiks { me- }diimbuhkan pada bentuk dasar yang dimulai
dengan konsonan bersuara [s], [k], [p], dan [t].
Contoh : me
+ susut → menyusut, konsonan [s] diluluhkan dengan nasal [ny]
Me
+ kirim → mengirim, konsonan [k] diluluhkan dengan nasal [ng]
C.
Prefiksasi
{ pe- }dan Konfiksasi { pe- / -an }
·
Pengekalan
fonem, yaitu tidak ada perubahan fonem, dapat terjadi apabila bentuk dasarnya
diawali dengan konsonan [r], [l], [y], [m], [n], [ng], dan [ny]
Contoh : pe
+ latih → pelatih ; pe/an + latih → pelatihan
Pe
+ manfaat → pemanfaat ; pe/an + manfaat → pemanfaatan
·
Penambahan
fonem, yakni penambahan fonem nasal [m], [n], ng], [nge] antara prefiks dan
bentuk dasar
Contoh : pe
+ bina → pembina ; pe/an + bina → pembinaan
Pe
+ buru → pemburu ; pe/an + buru → pemburuan
·
Peluluhan
fonem, yaitu apabila prefiks { pe- } atau { pe- / -an } diimbuhkan pada bentuk
dasar yang diawali dengan konsonan bersuara [s], [k], [p], [t]
Contoh : pe
+ saring → penyaring
; pe/an + saring → penyaringan
D.
Prefiksasi
{ per- } dan Konfiksasi { per- / -an }
·
Pelesapan
fonem [r] terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem [r] atau suku
pertamanya [er]
Contoh : per
+ ternak → peternak
Per
+ runcing → peruncing
·
Perubahan
fonem [r] menjadi fonem [l] terjadi bila bentuk dasarnya berupa kata ‘ajar’
Contoh : per
+ ajar → pelajar
·
Pengekalan
fonem [r] terjadi apabila bentuk dasarnya bukan yang ada pada a dan b diatas
Contoh : per
+ cepat → percepat
Per
+ tegas → pertegas
E.
Sufiksasi
{ -an }
·
Pemunculan
fonem, fonem [w] dapat terjadi apabila
sufiks { an- } diimbuhkan pada bentuk kata dasar yang berakhir dengan vokal [u]
Contoh : temu
+ -an → temuwan
Juta
+ -an → jutawan
·
Pergeseran
fonem, terjadi apabila sufiks { -an } diimbuhkan pada bentuk dasar yang
berakhir dengan sebuah konsonan
Contoh : makan
+ -an → makanan
Minum
+ -an → minuman
F.
Prefiksasi
{ ter- }
·
Pelesapan
fonem dapat terjadi apabila prefiks { ter- } diimbuhkan pada bentuk dasar yang
dimulai dengan konsonan [r]
Contoh : ter
+ raba → teraba
Ter
+ rebut → terebut
·
Perubahan
fonem [r] pada prefiks { ter- } menjadi fonem [l] terjadi bila bentuk prefi ks
{ ter- } diimbuhkan pada bentuk dasar anjur
Contoh : ter
+ anjur → terlanjur
·
Pengekalan
fonem [r] pada prefiks { ter- } tetap menjadi [r] apabila prefiks { ter- }
diimbuhkan pada bentuk kata dasar yang disebutkan pada a dan b diatas
Contoh :ter
+ baik → terbaik
Ter
+ lempar → terlempar
3.
Bentuk nasal dan
tak bernasal
Hadir dan tidaknya bunyi nasal dalam pembentukan kata
bahasa Indonesia sangat erat kaitannya dengan tiga hal, yakni : pertama,
tipe verba yang “menurunkan” bentuk kata itu; kedua, upaya
pembentukan kata sebagai istilah; ketiga, upaya pemberian makna
tertentu.
( dikutip dari Chaer : 56-62)
( dikutip dari Chaer : 56-62)
a. Kaitan
dengan tipe verba
Kaidah penasalan untuk verba berprefiks me- (dengan
nomina pe- dan pe-an) yang diturunkan adalah
sebagai berikut :
1) Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/. Contoh: - Meloncat → peloncat → peloncatan
- Merawat → perawat → perawatan
1) Nasal tidak akan muncul bila bentuk dasarnya mulai dengan fonem / l, r, w, y, m, n, ny, atau ng/. Contoh: - Meloncat → peloncat → peloncatan
- Merawat → perawat → perawatan
2) Akan muncul nasal /m/ bila bentuk
dasarnya mulai dengan fonem /b, p, dan f/.
Contoh : -Membina → pembina → pembinaan
-Memilih → pemillih → pemilihan
Contoh : -Membina → pembina → pembinaan
-Memilih → pemillih → pemilihan
3) Akan muncul nasal /n/ bila bentuk
dasarnya mulai dengan fonem /d, atau t/.
Contoh : -Mendengar → pendengar → pendengaran
-Mendapat → pendapat → pendapatan
Contoh : -Mendengar → pendengar → pendengaran
-Mendapat → pendapat → pendapatan
4) Akan muncul nasal /ny/ bila bentuk
dasarnya mulai denga fonem /s, c, dan j/.
Contoh : -Menyambut → penyambut → penyambutan
-Menyakiti → penyakit → penyakitan
Contoh : -Menyambut → penyambut → penyambutan
-Menyakiti → penyakit → penyakitan
5) Akan muncul nasal /ng/ bila bentuk
dasarnya diawali dengan fonem /k, g, h, kh, a, i, u, e, atau o/. Contoh :
-Mengirim → pengirim → pengiriman
-Menggali → penggali → penggalian
-Menggali → penggali → penggalian
6) Akan muncul nasal /nge-/ apabila
bentuk dasarnya berupa kata ekasuku.
Contoh: -Mengetik → pengetik → pengetikan
- Mengelas → pengelas → pengelasan
Contoh: -Mengetik → pengetik → pengetikan
- Mengelas → pengelas → pengelasan
b. Kaitan dengan upaya pembentukan
istilah
Dalam peristilahan olahraga sudah ada istilah petinju (yang
diturunkan dari verbabertinju) sebagai suatu profesi, yang berbeda
dengan bentuk peninju (yang diturunkan dari verba meninju)
yang bukan menyatakan profesi. Kemudian berdasarkan bentukpetinju dibuatlah
istilah-istilah dalam bidang olahraga seperti petembak (bukan
penembak), petenis (bukan penenis), peterjun (payung) (bukan penerjun payung),
pegolf (bukan penggolf). Jika dilihat bentuk-bentuk tersebut sebenarnya menurut
kaidah penasalan haruslah bernasal. Namun, sebagai istilah yang dibuat secara
analogi tidak diberi nasal.
c. Kaitan dengan upaya semantik
Untuk memberi makna tertentu, bentuk yang seharusnya
tidak bernasal diberi nasal. Umpamanya, bentuk mengkaji dalam
arti ‘meneliti’ dibedakan dengan bentuk mengkaji yang berarti
‘membaca Alquran’.
Contoh yang lain: penjabat → pejabat ; penglepasan → pelepasan.
Contoh yang lain: penjabat → pejabat ; penglepasan → pelepasan.
Sementara itu, tanpa perbedaan semantik, pasangan kata
dengan peluluhan fonem awal bentuk dasar dan dengan yang tanpa peluluhan lazim
digunakan orang secara bersaingan.
Contoh: mensukseskan → menyukseskan ; mengkombinasikan → mengombinasikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar